↻ Lama baca 2 menit ↬

HANYA DI FILM KARTUN DIA LUCU.

Kesan saya dia jenaka, padahal serius. Atau dia, pria di toko besi di Mayestik (Jakarta Selatan) itu, memang punya keduanya: kocak sekaligus penuh kesungguhan. “Lho, udah dibuktiin di sini. Dipasang semaleman langsung panen, Pak. Sore sekitar jam lima dipasang, besok paginya dapet sembilan! Yang dua malah mati, kayaknya berantem di dalem,” katanya.

Begitulah, dia sedang menjelaskan kehebatan jualannya: perangkap tikus berpaten cap Petimas. Nama resminya: “perangkap tikus massal”. Nama yang menggentarkan. Mengingatkan saya kepada senjata pemusnah massal.

Kenapa saya beli? Karena ingin mengusir (bukan meracuni) seekor tikus dari halaman rumah saya. Baiklah, saya pertegas: seekor tikus dari halaman saya.

Karena saya, eh kami, selalu memergoki tikus itu sendirian, dan tampaknya dia punya tampang maupun lagak tak pernah berubah, maka kami menganggapnya hanya seekor saja.

Kejahatan dia dan korpsnya adalah membuat liang di bawah tanah sehingga batu-batu dan paving block amblas. Dulu pernah skuter saya tiba-tiba ambruk karena tanah tempat dia diberdirikan itu growong lalu amblas.

Tak hanya dalam tanah tikus mengacau stabilitas dan merongrong kewibawaan saya. Dulu, di rumah lama, ada tikus yang rajin menggigiti kabel sakelar otomatis pada tangki air di atas atap.

Saya sambung kabel itu, eh dia/mereka putuskan lagi. Titik pemutusan kian jauh, ke tempat yang tak terjangkau dari panjatan tangga, sehingga beberapa kali setiap akan berangkat kerja saya harus masuk plafon dulu.

Banyak sudah saran untuk menghadapi tikus. Antara lain jangan meninggalkan banyak sisa makanan di dapur. Selain itu memasang penyekat berupa bola pada saluran pembuangan air agar tak tertembus tikus dari bawah. Saya pun sudah memasang alat elektronik penghalau tikus tapi tampaknya yang disasar kebal terhadap frekuensi yang dijanjikan oleh brosur dan juragan toko.

Tentang derita akibat tikus, Anda tentu punya pengalaman yang kaya. Silakan Anda bagi di sini.

Lantas bagaimana dengan perangkap tikus massal itu? Masih terbungkus plastik. Belum saya gunakan. Misalkan bisa menangkap satu saja, dalam keadaan hidup, lantas mau diapakan tikus itu padahal tak ada sayembara bagi “barang siapa” yang bisa menangkap akan diganjar?

Ada teman menyarankan agar kuping tikus diberi giring-giring (beli di mana?) lantas dilepas lagi sehingga teman-temannya panik lalu kabur.

Ada lagi yang penuh keyakinan — padahal belum mencoba — menganjurkan agar kepala tikus itu diberi plester putih lalu dilepas. Teman-temanya akan bubar dan menjauh karena mengira si kepala putih sebagai provost.

Saya kurang berminat terhadap saran-saran ilmiah itu. Beberapa orang, dan juga lembar info pada perangkap, menyarankan agar tikus yang ditangkap dijemur di bawah terik Matahari sampai mati (selama sejam), atau direndam di air (di kali, kata manual) sampai tewas. Manual itu ditutup dengan ucapan, “Selamat mencuba, semoga berhasil panen tikus!”

Kok sadistis ya? Menerapkan azab sampai si terhukum menjemput ajal. Tapi untuk meracuni saya tak mau, karena tikus akan terkapar di jalan atau halaman orang atau membusuk di gorong-gorong. Ini tindakan egoistis.

Kalau memakai penjebak yang bisa membunuh, karena memakai pegas untuk menghunjamkan penjepit bergerigi, itu mengerikan dan menjijikkan. Saya pernah melihat hasilnya. Lebih mengerikan lagi penjebak tikus itu memakan tangan atau telapak kaki si pemasang (dan orang lain).

Karena gamang maka saya pun memberanikan diri untuk meminjam pistol kaliber 22 dari seorang kawan. Baru minta izin saya sudah dihardik. Katanya harga peluru dan lisensi itu mahal. Terlalu berharga untuk menamatkan tikus. Lebih mahal lagi, karena bisa membuat dia terhina, adalah memintanya menjadi eksekutor terhadap si tertangkap.

Tapi, ah, percayalah. Itu cuma gagah-gagahan saya saja. Saya belum pernah berlatih menembak dan tak paham senjata api — bisa-bisa pelor menghajar mata kaki saya sendiri. Lebih dari itu letusan pistol hanya akan menghasilkan masalah, termasuk jadi berita di halaman pertama Pos Kota, lengkap dengan wajah saya, bukan wajah si tikus.

Anda punya saran untuk menghalau tikus tanpa menyiksa, tanpa membunuh?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *