↻ Lama baca < 1 menit ↬

Inilah Jakarta kota semprul! Selagi mengantre di persilangan kereta, saya melihat orang melakukan apa saja yang disukai, tak saling peduli — termasuk memotret. Penjual buah mengambil kapling bahu jalan. Pengendara motor enak saja bersantai di bahu jalan, padahal pengendara berebut ruang. Anak-anak bermain di jalan.  Pejalan kaki menerobos palang. Sepeda motor juga. Saya tak bisa bergerak, dan tiba-tiba merasakan sodokan pelan. Pikap Suzuki Carry mencium pantat mobil kecil saya.  “Maap Bos, bisa maju dikit gak?” kata seseorang yang dari lagaknya saya tebak menguasai titik itu. Hanya pemberani, atau orang nekat, atau serdadu,  atau desertir, yang akan menghardik, “Maju dikit pale lu?!”

Pisangan siang tadi. Panas. Gerah. Semua orang semakin gampang marah. Kereta terus melaju. Tak peduli sketsa urban, karena yang terjadi dalam kereta pun serangkaian sketsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *