Hari-hari ketika Jakarta panas sekali, mestinya kita ingat kepada para kurir. Sama seperti ketika hujan enggan berhenti. Mereka membelah kota, demi sampainya antaran ke tujuan. Khusus untuk pengantar makanan, mereka berpacu dengan waktu agar pesanan tetap tiba dalam keadaan hangat. Terbayang penat mereka. Setelah jam kerja usai mereka kembali ke rumah masing-masing, mungkin rumah petak kontrakan yang jauh sekali dari tempat kerja, jauh dari titik terjauh radius antaran. Dinantikan anak-istri, mungkin dia pulang tanpa membawa makanan yang sering dia antarkan. Saya tercenung setiap kali membayangkan ini.
Sang Kurir
▒ Lama baca < 1 menit