Belajar Sejarah dari Presiden ke Presiden

▒ Lama baca 2 menit

KARTUN BENNY RACHMADI MEREKAM ZAMAN.

Yang namanya kemelut BLBI itu ada sejak 1998. Apakah sampai hari ini sudah tuntas? Padahal moral ceritanya tetap: orang kaya ngutang ke negara tapi ogah bayar, bahkan kewajiban mereka ditanggung oleh seluruh rakyat. Ingat, para juragan itu tidak jadi miskin. Krisis monter 1998 dan akibat lanjutannya memang membingungkan. Bahkan ada pengacara yang moncer karena piawai membangkrutkan perusahaan atas permintaan si juragan.

Yang namanya rasa keadilan memang soal rasa. Setelah itu adalah akal dan bahkan akal-akalan. Bagaimana sontoloyonya potret perjalanan bangsa, dari presiden ke presiden, bisa dilihat di dua buku Benny Rachmadi, Dari Presiden ke Presiden, yang mencakup era Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, sampai dua periode Susilo Bambang Yudhoyono.

Moral ceritanya apa? Pertama: jadi presiden memang tidak gampang. Kedua: siapa pun yang jadi presiden bersiaplah untuk tersandera oleh kepentingan elite, termasuk lingkar dalam kekuasaannya.

Halah itu sih kuno. Maka persoalannya adalah beranikah seorang presiden mengambil keputusan tepat dan tegas? Habibie kikuk terhadap Soeharto, sang pendahulu. Para presiden pengganti Habibie tersandera oleh wakil-wakil partai di DPR yang banyak ulah.

Saya tidak tahu Oasis of the Seas, kapal pesiar anyar yang melebihi Titanic itu, punya berapa ruang untuk mengurung awak sialan dan penumpang berulah kriminal. Pasti ribet jadi kapten kapal dengan 2.165 awak dan 6.296 penumpang. Hanya dengan kapten bijak-pintar-tegas, dengan awak disiplin yang malas berontak tanpa alasan kuat, dan penumpang yang mau diajak dewasa, maka pelayaran tetap menyenangkan.

Lantas kedua buku ini memuat apa saja? Banyak, tapi kurang lucu kalau saya mengulanginya. Saya hanya ingin berbagi bahwa kepingan sejarah politik kita juga bisa dapatkan dari kartun. Tepatnya kartun opini di Harian dan Mingguan Kontan selama 1998-2009.

Adakah benang merah dari semua periode? Tentu. Yaitu korupsi. Tidak pernah bisa dibereskan padahal kalau mau rakyat pasti mendukung.

Tidak segampang itu, kata orang bijak. Kalau kotak pandora dibuka maka akan muncul kekisruhan nasional. Ekonomi macet. Rakyat akan kelaparan. Ujung-ujungnya kacau balau. Tapi ada juga orang bijak lain bilang, sekaranglah kesempatannya mumpung rakyat tidak apatis. Kalau peluang lepas, maka koruptor makin berjaya, sampai akhirnya kita harus mendukung korupsi.

Pendapat bijak ketiga: biarkan saja sampai semuanya remuk oleh korupsi, pasti setelah itu ada kebangkitan baru. Untuk nasihat ketiga ini, batas antara sabar, bijak, pasrah, bahkan putus asa, memang bisa tipis.

JUDUL: Dari Presiden ke Presiden (Buku 1: Tingkah-Polah Elite Politik; Buku 2: Karut-Marut Ekonomi • PENULIS/ILUSTRATOR: Benny Rachmadi • PENERBIT: Kepustakaan Popular Gramedia (Buku I, Jakarta, Jui 2009 ; Buku II, Jakarta, September 2009) • UKURAN: 22 cm x 17,5 cm • TEBAL: Buku I, x + 333 halaman; Buku II, x + 267 halaman • HARGA: Buku I Rp 80.000, Buku II Rp 60.000

Tinggalkan Balasan