Jelang Lebaran, Kayu Bakar Belum Juga Terjual

▒ Lama baca < 1 menit

CERITA RINGAN PENGANTAR LEBARAN.

Baru sedikit kayu itu. Dijejer pun baru sekitar dua puluh batang. Masih basah, menunggu Matahari mengeringkannya beberapa hari di pinggir jalan. Baru sedikit, belum bertambah dan bertambah sampai satu meter kubik, supaya laku Rp 80.000. Baru sedikit karena lahan-lahan kosong di Cilandak belum memberikan kayu.

Di Jakarta masih ada pencari kayu bakar. Misalnya Pak Tamri, asal Kepanjen, Malang, Jawa Timur. usia 60 tahun lebih, “Nggak tau berapa persisnya pokoknya KTP saya buat seumur hidup.”

Jari tangan Tamri tak kekuningan seperti umumnya pekerja kasar, “Iya, udah lama saya brenti ngerokok, Pak.” Wajahnya masih menampakkan sisa ketegaran masa muda.

Saya berkenalan tanpa sengaja. Selagi duduk di bawah pohon, di samping gerbang belakang Ford Jakarta Selatan yang jarang digunakan, tiba-tiba pintu gubuk terkuak. Pak Tamri keluar. Dia barusan usai salat asar.

Gubuk tripleks seluas kira-kira 1,7 x 1,7 meter persegi itu adalah musalanya. Gelap, tanpa jendela. “Saya bikin gubuk diijinin ama yang punya (dealer) Ford,” katanya. Di balik gerbang tinggi itu kemarin ada puluhan Escape dan Everest, sebagian besar hitam, sedang menunggu pemeriksaan sebelum dibawa mudik Lebaran.

Di seberang gubuk, tepatnya di sisi kanan gerbang kalau dilihat dari arah jalan masuk Taman Cilandak, ada sebuah warung. Di sanalah Pak Tamri dan istrinya tinggal. Di warung yang kadang tak buka karena ketiadaan modal, “Soalnya buat beli gas aja nggak bisa.”

Pak Tamri tak tahu akan merayakan Lebaran dengan cara bagaimana karena, “Susah banget nyari duit sekarang ini.” Di luar Ramadan dia juga sering berpuasa, “Soalnya emang nggak ada yang bisa dimakan.”

Tetapi ada yang tetap melekat dalam dirinya: harapan. Dia tak berharap keajaiban dari batu akik karena tak dia tak mau musyrik. “Biar gimana susahnya ya harus kerja, nyari makan secara halal,” tuturnya.

Selamat Idul Fitri untuk Anda semua. Semoga semuanya mendapatkan berkah. Salam dari saya sekeluarga.

Tinggalkan Balasan