↻ Lama baca < 1 menit ↬

TENTU BUKAN RELAKAN SEMUANYA, IKHLASKANLAH…

wadah sampah yang dirantai

Wadah sampah di Jalan Ahmad Dahlan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu sudah karatan dan borot, tetapi dia terikat rantai. Si pemasang rantai pastilah khawatir bahwa wadah sampah akan diangkut oleh, misalnya saja, pemulung.

Siapakah yang salah? Saya hanya merasakan satu hal: rasa aman itu mahal. Apapun yang bisa diambil akan dirantai, seperti penutup saluran air, AC yang dikerangkeng, dan lampu taman yang dikandangkan.

Itu tadi yang di luar ruang. Sementara yang di dalam rumah, oh… jendela pun diberi teralis seperti penjara, kunci dibuat berlapis, bila perlu tersambung ke alarm. Motor diberi tambahan kunci cakram rem. Mobil beralarm ditambahi palang setir. Belum lagi CCTV yang terhubung ke hard disk 24 jam nonstop. Di luar itu semua, masih ada asuransi yang menanggung (bahkan semua) risiko kerugian. Tambahan: kita masih pula mempekerjakan satpam.

Mari kita berpikir sederhana. Sebetulnya keamanan itu tanggung jawab siapa? Banyak orang bilang tanggung jawab setiap orang, karena polisi yang digaji oleh rakyat belum sanggup melindungi segenap warga masyarakat.

Bagi saya, selama ada ketidakamanan berarti kita belum berhasil membangun ruang hidup bersama yang beradab. Saya sebut belum beradab karena masih ada kekhawatiran bahwa orang lain akan mencuri, setidaknya merusak, hak milik kita. Ada ketidakpercayaan terhadap manusia lain, dan terhadap penanggung jawab keamanan.

wadah sampah yang dirantai

Jika menilik wadah sampah, tentu tidak pada tempatnya kita menyalahkan kemiskinan dan orang miskin. Lantas di manakah sebetulnya akar masalah kita?

Mungkin Anda punya jawaban. Yang berhak menjawab bukan hanya sosiolog dan kriminolog.

Posting sejenis: lampu dan remote controller pun diikat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *