↻ Lama baca < 1 menit ↬

… DAN KITA MESTINYA MENGENAL NAMA POHON!

Cara kuno: daun sebagainya pembahasan buku

Hanya karena kebetulan belakangan ini saya suka ngeluyur jalan kaki, dan bila perlu potong kompas, maka saya mendapatkan sejumlah temuan. Sebagian saya foto, lalu saya masukkan ke blogs dan Facebook.

Ada bagusnya jalan-jalan itu. Hal yang selama ini biasa, bahkan terlewat, akhirnya teperhatikan oleh saya. Misalnya daun di atas aspal, rumput, dan konblok.

Ada yang saya foto, ada yang saya pungut. Menyenangkan sekali bisa mengulang pengalaman masa kecil. Satu-dua daun saya jadikan pembatas halaman buku-buku baru yang saya beli.

Ya, ini menjadi sesuatu yang baru, karena berbeda dari pembatas lainnya, seperti yang dulu saya ceritakan. Pun berbeda dari coretan pada buku yang ditemukan oleh keponakan saya

Tak ada yang baru dari cerita ini. Istimewa pun tidak. Hanya tentang daun.

Dan di sini saya mengakui satu hal: dari beragam helai daun itu, tak satu pun yang saya kenali itu daun pohon apa.

Maka inilah pengakuan ulang dari hal yang pernah saya lontarkan pada 2004: saya tak mengenali pepohonan dengan baik.

Dan sekarang izinkanlah saya bertanya Anda: adakah jurnalistik berkisah di koran,cerpen, dan novel terakhir yang Anda baca itu, dan kebetulan menyebut pepohonan, menyertakan juga nama pohonnya?

Dari sejumlah iklan yang mengabarkan CSR kumpeni berupa penanaman pohon, termasuk oleh pabrik mobil, tersebutkankah nama pohon-pohonnya?

Kita bangsa agraris (dan sebagian bahari) yang hidup di negeri tropis. Ketika anak kita bertanya nama pohon yang dilihatnya, kita akan memotret dengan ponsel lantas meneruskannya kepada seorang kawan yang kita anggap tahu.

Semoga dia tak mem-forward-nya ke orang lain, demikian seterusnya, sehingga dua hari kemudian forward itu sampai ke kita, tetapi tanpa jawaban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *