CATATAN DARI SOLO.
Tukang becak di Solo eh Sala, Jawa Tengah, punya pekerjaan sampingan nan mulia: mengawinkan orang. Mereka itulah yang mengantarkan wanita tertentu untuk bersua pria tertentu, misalnya di penginapan.
Begitulah lelucon lokal mewartakannya. Biasa bagi orang Solo, tapi baru bagi orang luar. Maka dagelan itu bisa dikembangkan jadi cerita bermacam versi.
Kacamata orang luar. Itulah yang ingin saya nyatakan. Tak hanya menyangkut Solo tetapi juga kota lain. Mungkin kacamata turistis, mungkin kacamata sok pengamat, atau malah kacamata kuda yang tiba-tiba tanggal.
Akhir pekan lalu, atas undangan kawan-kawan Bengawan untuk menghadiri peluncuran komunitas, saya datang ke Solo. Ada saja ide yang melintas di benak saat saya melewati titik tertentu.
Misalnya ketika saya melewati Monumen Pers yang facade-nya tertabir baliho pemilu. Sebuah landmark atau tetenger, yang juga berguna bagi orang luar, telah ditutupi. Sayang sekali. Ini bisa diblogkan sebagai post khusus mestinya.
Kemudian inilah yang terbayang di benak saya, dengan contoh pijakan Solo tetapi bisa diterapkan untuk kota lain. Misalkan saja kelak ada semacam live-in program bagi blogger.
Katakanlah seorang blogger bermukim seminggu di Solo, dia keluyuran, bertegur sapa, mengintip ini dan itu, kemudian dilaporkan di blog.
Lantas kota lain, katakanlah Batam, menjamu blogger asal Solo untuk tinggal di sana. Hasilnya adalah serial tulisan di blog.
Lho apa manfaatnya? Siapa yang menanggung biayanya? Marilah kita diskusikan. :)
Memangnya yang ditulis orang luar itu menarik? Entah. Bisa saja mengesalkan karena orang luar itu bisa naif gumunan dan bisa juga sok tahu kelewatan. Tak apa, itulah memperkaya kepingan cermin diri kita sebagai warga dari sebuah ruang bersama bernama kota.
Entah gumunan entah sok tahu, bisa saja seorang blogger mengomentari pencantuman NPWP dalam papan nama Warung Selat Solo Mbak Lies dengan sebuah ayat. Misalnya, “‘Nah, kalau begitu,’ kata Yesus, ‘berilah kepada Kaisar apa yang milik Kaisar, dan kepada Allah apa yang milik Allah.’ Mereka heran mendengar Dia.” (Markus 12:17, Alkitab LAI versi Bahasa Indonesia Sehari-hari).
Kenapa? Mas Jun Dodo, suami dari pemilik warung ini, adalah blogger yang selalu mengisi hari dengan ayat-ayat Alkitab. Selebihnya adalah bahasan tentang cecepan lidah dan cerita mengapa warung itu selalu penuh.
Solo memang punya banyak cerita. Sepekan tinggal pun tak cukup. Apalagi jika menyangkut kudapan. Ada saja yang bisa diceritakan. Termasuk penataan pedagang kaki lima oleh Wali Kota Jokowi — sayu dari sejumlah kepala daerah yang kinerjanya dipuji Tempo.
Cerita itu bisa merupakan hasil temuan sendiri, bisa pula karena bisikan blogger Solo. Misalnya tentang sabak yang masih dipakai oleh warung timlo Sastro. Kasir hanya melirik coretan kapur lalu menghitung terimaan dan kembalian.
Tahun ini banyak gelaran di Solo. Blogger bisa dilibatkan. Bengawan bakal punya gawe. Lalu Mas Purwaka Blontank Mbois (PBM) akan jungkir balik. Salah dia kenapa punya banyak kawan dari pelbagai kota dan kalangan.