↻ Lama baca 2 menit ↬

TERSERAH PARA PEMBELA KEBETULAN.

Pusat Bahasa harus menambahkan satu lema (entri) untuk Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring*: “contreng”. Sebulan terakhir kata ini diperbincangkan. Apa sih contreng? Saya cari di situs Komisi Pemilihan Umum tak ada penjelasan apalagi contoh visual. Yang kita pahami bersama, berdasarkan berita sana-sni, contreng itu semacam mencoreti, bukan mencoblos kertas suara.

Yang terjadi adalah pro dan kontra. Ada yang suka cara lama (pencoblosan) dan ada yang ingin cara baru (ya contreng itu). Masing-masing punya alasan.

Manakah alasan yang paling kuat, Andalah yang menimbang. Bahwa bagi kaum procoblos ada alasan kebiasaan (lebih mantap sekaligus agresif dan rada destruktif, karena melukai sesuatu?), itu harus dihargai.

Bagi procontreng, pencoblosan mungkin hanya cocok untuk orang buta huruf. Dari kaum ini ada yang mengingatkan bahwa pencoblosan hanya dipakai di Indonesia dan Kamerun.

Tak apa bertengkar soal beginian. Namanya juga demokrasi. Yang procoblos yakin pengusahaan paku atau penusuk lain itu lebih mudah daripada bolpen atau spidol — juga tak ada tinta macet maupun korupsi tender bolpen/spidol (misalkan diadakan).

Untuk kaum procontreng, alat tulis bisa didapat di siapa pun. Kalau perlu bisa dipinjam dari kantong baju pengunjung. Bahwa ternyata si bolpen merangkap digitizer nirkabel, seperti temuan Anoto, anggap saja itu khayakan sok sci-fi. Kalau pena akhirnya dipakai menambahkan kumis dan jenggot kandidat wakil rakyat partai, itu pasti kerjaan orang kurang pendidikan — atau hasil hasutan blogger golput yang subversif.

Tapi… contreng bagaimana yang diusulkan dalam ballot? Sekadar melingkari, mencentang (menandai dengan V atau X), atau apa?

Tick atau checkmark berupa V dan X, bagi saya kadang membingungkan, misalnya ketika mengisi kuesioner yang disebut sudah computerized (hayah!). Sekian lama sejak SD saya yakin bahwa V itu untuk “benar” dan X untuk “salah”.

Dulu ketika sekolah mulai mengenal lembar ulangan umum yang cuma mengajak berjudi (pilihan berganda), saya sempat dibingungkan oleh perintah menggunakan X untuk jawaban yang benar. Karena bingung saya pun ngawur. Dan jadilah saya pahlawan pembela kebetulan.

Apa? Pembela kebetulan? Dari pemilihan ke pemilihan kita banyak menuai semprul sontoloyo. Lihat saja perilaku sebagian anggota DPR(D) dan beberapa kepala daerah. Mereka tersangkut suap dan penilepan uang rakyat. Maka mereka yang mecoblos (atau mencontreng) dan dapat calon yang bagus itu pembela kebetulan. Kalau dapat wakil rakyat partai dan pemimpin yang sontoloyo? Juga karena kebetulan.

Anda boleh antiperjudian tapi kadang harus menjadi penjudi: if you don’t throw the dice you won’t get a six.

Bingung? Ragu? Berkonsultasilah kepada Kyai Slamet.

*) Silakan cari kata “daring” dalam KBBI Daring

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *