Blog sebagai Jendela Masalah

▒ Lama baca 2 menit

KURANG BIJAK BISA BIKIN NAPAS ORANG LAIN SESAK.

Ngeblog soal pekerjaan? Ini wilayah peka. Cuma mengeluh “THR belum keluar” bisa membuat juragan tak suka. Bilang bahwa pekerjaan terus bertambah, tapi gaji tak mengimbangi, itu bisa menyinggung perasaan bos. Menyatakan bahwa “Kantor gue lebih suka bikin smoking room ketimbang ruang menyusui”, itu bisa bikin atasan blingsatan.

Lho bukannya itu kenyataan? Tetapi bagi korps si blogger itu adalah penyiaran masalah internal. Tidak sepantasnya disebarkan. Kalau ada problem kenapa tidak didiskusikan, begitu kata para sejawat.

Jika cerita itu menyangkut bekas tempat kerja, maka muncul suara, “Sudahlah, toh Anda sudah cabut diri dari sana. Kenapa juga membuka aib? Tak usah jadi pahlawan.”

Bisa saja si blogger tak menyebut nama orang maupun lembaga. Tetapi ketika orang lain tahu bahwa dia (pernah) bekerja di PT Bahagia Sukacita Tiadaderita Tbk., maka pembaca langsung menebak siapa yang diceritakan. Ketika si blogger menyebut nama orang dan lembaga, maka semuanya jadi kentara.

Blog, dalam pelbagai bentuk, kadung jadi jendela. Bagaimana si blogger melihat dunia luar dan bagaimana dia memperlihatkan dunianya akan tampak di sana. Termasuk di dalamnya, selain kehidupan domestiknya, adalah kehidupannya dalam dunia kerja.

Dunia kerja memiliki tata nilai sendiri. Ada yang sifatnya hanya nilai kepantasan, ada pula yang sampai ke wilayah hukum (artinya bisa berujung gugatan). Urusannya bukan hanya si blogger dengan perorangan melainkan juga dengan lembaga.

Jadi gimana dong enaknya? Jangan ngeblog? Jangan cerita apapun, selayaknya agen rahasia yang setia sampai mati?

Atau ngeblog dengan nama samaran, dan jangan sekali-kali memperkenalkan diri di dunia nyata (ya, jangan kopdar!), lalu yang lebih penting jangan sekali pun bercerita soal pekerjaan?

Dengan pendekatan normatif — tepatnya: ngambang — anjuran paling datar adalah, “Yah pintar-pintarlah bercerita, jangan bikin orang lain gerah.”

Jika menyangkut kegerahan dunia kerja, berikut kembang taman bernama kompetisi dan sekaligus kooperasi, itu bisa menyangkut bekas tempat kerja lama maupun tempat kerja baru. Lingkungan lama merasa difitnah dan dicemarkan. Lingkungan baru merasa kena getah, bisa-bisa dianggap mensponsori pencemaran terhadap pihak lain via blog. Bisa juga sebaliknya: menyanyikan lagu sumbang di tempat baru sambil merujuk partitur di tempat lama. Bisa-bisa alma mater, ya bekas kantor itu, dicurigai membisikkan pesan.

Jalan keluar cap gawat darurat jika terjadi ketidakenakan antar(petinggi)lembaga: si blogger, atas permintaan beberapa pihak, mencabut tulisan yang jadi sumber kegerahan.

Jika menyangkut pekerjaan, kata orang sok bijak, yang bagus-bagus sajalah yang diceritakan. Dengan catatan: yang lucu dan menghibur kadang juga bisa berarti tak menyenangkan bagi orang lain.

Lantas apa saja ukurannya? Waduh, ini persoalan yang bikin mumet. Barangkali Anda punya? Tolong bagikan di sini… Terima jadi.

NB: Misalnya sebuah tulisan di blog telah mendorong KPK mencokok sejawat dan atasan si blogger, mungkin arah ceritanya jadi beda. ;)

Tambahan pekerjaan membaca tanpa bonus:
+ Blog dan Rahasia Dapur Kumpeni

© Foto: blogombal.com

Tinggalkan Balasan