Membatasi Lagu Asing

▒ Lama baca < 1 menit

MALAYSIA HENDAK MENGEREM MUSIK INDONESIA?

Terkabarkan sebagian pegawai industri rekaman Malaysia ingin perbandingan 90:10 untuk pengudaraan lagu lokal dan asing. Termasuk dalam asing adalah (terutama) Indonesia. Alasannya, popularitas lagu dari luar Malaysia akan mengganggu penjualan rekaman artis setempat. Amy Search, menurut Antara, mengatakan bahwa jam 10 malam ke atas Malaysia sudah seperti Jakarta karena semua radio menyiarkan lagu-lagu Indonesia hingga dinihari.

Taruh kata berita Antara itu benar, apakah keinginan itu masuk akal? Secara “politik kebudayaan” pemerintah Malaysia, melalui Menteri Penerangan Zainuddin Maidin, tahun lalu sudah menyatakan takkan membendung musik dan film Indonesia.

Dari sisi semangat kesepakatan niaga regional tampaknya juga sulit. Masa sih produk rekaman mau dibatasi, terlebih label besar yang menerbitkan rekaman musisi Indonesia juga punya kantor di Malaysia.

Saya tak hendak menarik jauh persoalan menjadi “artis Malaysia tak menyukai artis Indonesia”. Maksud saya, misalkan organisasi artis dan industri musik Indonesia menuntut pembatasan musik asing saya pun takkan setuju.

Menolak karya musikal semata berdasarkan asal negara adalah aneh. Jadi misalkan toko CD di Indonesia dilarang menjual rekaman Ofra Hazra karena dia orang Israel, itu pun aneh. Sama anehnya dengan dulu ada pembatasan pengudaraan lagu mandarin, kanto-pop, dan entah apalagi pokoknya berbahasa Cina, dari mana pun negara asal perekam dan artisnya.

Pada sisi yang paling dasar musik adalah soal dengaran. Asal cocok di kuping, bahkan misalnya pendengarnya tak paham bahasa dalam liriknya, itu adalah hak bagi penikmatnya.

Di luar hak dalam berselera adalah kemajuan teknologi. Tak mungkin membendung lagu karena internet menyediakan penyiaran, pengunggahan, dan pengunduhan. Bahwa di sana ada ranjau hukum, karena menyangkut hak cipta, itu soal lain lagi.

Nah, kembali ke kabar Antara yang dikutip oleh beberapa media itu (antara lain Kompas dan The Jakarta Post), ada hal yang aneh. Sejauh saya dapatkan, tak banyak media online eh daring Malaysia yang mengabarkan. Ihwan Ahmad Sahidah mungkin bisa bercerita.

©: Foto: utusan.com.my

Tinggalkan Balasan