MAKA ANAK-ANAK PUN BICARA TENTANG MUTILASI.
Selagi bersantap ringan sendirian sambil sesekali klak-klik laptop, lelaki itu dihampiri oleh pramusaji yang menyodorkan sebuah pesan. Oh, sebuah surat, ditulis pada bagian belakang nota pesanan makanan dan minuman. Isinya ajakan perkenalan. Lalu pramusaji itu, pemuda 21 tahunan, menjauh. Ketika dipanggil dan ditanya siapa si pengirim surat, maka jawabannya adalah, “Saya, Kak…”
Bukan hal baru. Dari dulu ada saja cara berkenalan di kedai dengan memanfaatkan pelayan melalui secarik kertas. Bisa juga dengan lirak-lirik lalu tanpa diminta ada traktiran secangkir kopi (“Sudah dibayar sama Mbak di pojok itu”).
Ketika bluetooth makin meluas, maka perkenalan diri yang kadang mengarah ke transaksi pun bisa terjadi. Cara yang lebih gampang adalah mendatangi meja incaran, “Ih laptopnya keren, mouse-nya lucu, boleh liat Mas?”
Kalau bukan baru lantas apa menariknya? Menjadi menarik ketika pengalaman di kedai ber-hotspot itu dibawa ke sebuah rumah kemarin malam, diperbincangkan di meja makan, dengan penanggap dua gadis cilik.
Gurauan sadistis yang muncul di meja makan adalah sesuatu yang aktual, “Ati-ati lho, entar dimutilasi.”
Asmara sesama Adam (atau sesama Hawa), haruskah bersangkut dengan dendam dan kekerasan? Forum meja makan mencoba mencari jawab. Orang yang lebih tua mencoba meluruskan bahwa orientasi seksual tak mesti berhubungan dengan penjagalan dan mutilasi.
Berita kriminalitas adalah jendela bagi setiap orang untuk menyadari bahaya dalam kehidupan. Bahwa berita bisa berkelok dan berkembang ke arah yang tak terduga, mengandung penghakiman dan kutukan, itu memang membutuhkan daya cerna yang matang bagi konsumen warta.
Membendung televisi, dan kemudian internet, bukanlah langkah bijak. Ketika muncul pertanyaan dari anak-anak yang belum dewasa, justru itulah kesempatan untuk menjelaskan.
Belum tentu penjelasan seorang ayah atau ibu itu benar. Tetapi lebih nyaman jika setiap tanya akan berbuah jawab — termasuk jawab yang terbatas dan setipis asap karena ternyata kisah kehidupan kadangkala tak dapat disederhanakan.