↻ Lama baca 2 menit ↬

RINGAN RENYAH DARI ARSWENDO.

novel blakanis arswendo atmowiloto

Di sana, di Karawang, Jawa Barat, mungkin agak jauh dari kampungnya Yayan Sopyan, ada desa baru bernama Blakan. Di atas tanah milik negara itu ada sebuah komunitas Blakanis pimpinan Ki Blaka. Dia dianggap sebagai guru spiritual. Tak sampai melakukan gerakan mesianistik yang membahayakan sih. Tapi gemanya menasional berupa kesadaran moral. Koruptor bisa insyaf. Anak sekolah ogah nyontek. Jadi, Ki Blaka berbeda dari Mbah Suro. :D

Lantas, karena kepentingan sejumlah tangan-tangan berkuasa, Ki Blaka diciduk, diangkut helikopter, dan pengangkut berbaling-baling itu meledak di udara. Ki Blaka entah ke mana. Kabarnya tewas.

Seterusnya adalah penggalan kehidupan masing tokoh pengitar: dari suster entah apa ordonya, bekas polisi yang suka membunuh, sampai germo bekas pelacur yang menemukan jatidirinya dalam asmara kompleks oedipus seorang pemuda yang mungkin anak lonte. Sementara si tokoh sentral sendiri — ya Ki Blaka itu — tak pernah jelas riwayatnya, kecuali dari kepingan puzzle liputan media dan pengakuannya pada kesempatan terpisah.

Dalam novel ini, Arswendo Atmowiloto, seperti biasanya menulis lancar, mengalir, dalam tuturan yang ringan. Alur ceritanya enak buat dicerberkan di koran tapi tak semenegangkan Opera Jakarta (pernah difilmkan) maupun Opera Bulutangkis. Meskipun menjawa ([Ars]Wendo orang Sala), Blakanis tak senjawani Canting yang berlatar Sala.

Yang terasa, Blakanis seperti sketsa sosial kita — tapi dengan semangat cengengesan, bila perlu menyindir. Tentang tokoh apa saja — termasuk spiritual — yang bisa terlahir secara instan lantas punya true believers.

Blakanis juga menyajikan sketsa tentang kegamangan selebritas urban yang, hehehe, merindukan sebuah jalan terang yang maunya tanpa gebyar tapi akhirnya toh tetap jadi magnet. Itulah Ai, model, beranak satu, yang ketelanjangannya masih memukau, bahkan (maaf) juntai helai bulu kemaluannya masih memesona. Memang ada erotisisme ringan di sana, dan penerbitnya menyebut ini sebagai “novel dewasa”. ;)

Adapun tokoh sentral yang bernama Ki Blaka (bukan Blakasuta Blalabla), ini asyiknya, dikesankan punya spirit “antihero”. Kecuekannya mungkin proyeksi persona penulisnya. :D

Blaka (bahasa Jawa) bisa berarti terbuka, jujur, apa adanya. Karena kata mencakup konsep, maka penjelasan ringkas ala kamus seringkali tak memadai. Jadi untuk memahami “blaka” (baca: “blo-ko”), dalam pemaknaan Wendo, ya kita harus baca buku ini.

Selebihnya ada kejenakaan di sana. Sembari ngopi (sendirian) dan halo-halo jika terpaksa, buku itu bisa Anda habiskan.

Jelas tak jelas, gamblang tak gamblang, menggantung tak menggantung, itulah sketsa Indonesia kita. Bukankah banyak peristiwa — sebagai bagian dari masalah — yang cuma jadi headline beberapa kali setelah itu editornya bosan, lagi pula muncul masalah baru yang lebih juicy?

JUDUL: Blakanis • PENULIS: Arswendo Atmowiloto • PENERBIT: Gramedia Pustaka Utama (Jakarta, Juni 2008) • UKURAN: 13,5 cm x 20 cm • TEBAL: 288 halaman • HARGA: Rp 36.000

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *