Mug: dari Zaman Susah hingga Berlimpah

▒ Lama baca < 1 menit

ORANG KANTOR SEPERTI MURID SEKOLAH.

mug lelananging jagat

“Ini punya siapa?” tanya saya kepada petugas dapur sebuah kantor. “Pakai saja, Pak. Bebas kok,” jawabnya. Yang saya maksudkan adalah mug untuk membuat kopi.

Saya perlu bertanya karena memang begitulah mestinya. Di banyak kantor, mug adalah benda personal. Lain halnya dengan gelas bening dan cangkir biasa yang menjadi bagian dari properti rumah tangga kantor.

Orang yang tahu mug ini punya siapa, dan yang itu hak milik siapa, adalah opisboi dan petugas pantry. Orang lain, terutama yang kurang pekerti, biasanya main comot bahkan main embat.

Apakah beda wadah beda rasa? Ini memang soal rasa, tapi tak hanya di lidah. Pada tingkat visual, air putih “lebih enak” bila di dalam gelas, dan teh maupun kopi dalam cangkir.

Adapun mug pribadi orang kantoran itu, mau diisi air putih atau kopi, masalahnya adalah ikatan emosional. Ada soal kecocokan, soal kenangan, bahkan soal pernyataan diri. Kelancangan orang lain bisa setara dengan pelanggaran terhadap properti pribadi, misalnya pemotong kuku di laci dan pakaian dalam di loker.

Saya tak tahu sejak kapan orang kantoran punya peranti makan-minum sendiri. Di sebuah koran anyar pernah terjadi selama setengah tahun lebih jumlah gelas dan piring selalu ngepas. Jika lalu lintas pemakaian tak diimbangi dengan kegesitan cuci piring orang pantry, maka peranti santap dan seruput itu akan berkurang.

Hatta, seorang redaktur pun diam-diam berbelanja pecah-belah. Karena bersekongkol dengan orang dapur, plus kebiasaan gertak sok preman (sedikit bicara, banyak tikam — pura-puranya), barang-barangnya aman hingga dia keluar. Barang itu akhirnya dia hibahkan ke orang dapur.

Tentang mug pribadi ini saya ingat zaman susah. Dulu di dekat rumah saya ada TK dan sekolah rakyat. Pada hari tertentu anak-anak membawa cangkir enamel (belum ada melamin) karena ada pembagian susu bantuan asing. Mereka tampak riang. Pulang sekolah klothekan.

Di kalangan orang dewasa kantoran tak ada klothekan. Mug hilang bisa berbuah tangis. Bahkan bukan tidak mungkin adu fisik.

Apakah Anda juga punya alat makan-minum pribadi di kantor? Pernah bermasalah dengan itu?

© Gambar asli sumber ilustrasi: unknown

Tinggalkan Balasan