↻ Lama baca < 1 menit ↬

Inilah industri: nama jadi brand, bisa memasal, sehingga ada sisi impersonal. Kalau hanya sekadar penjahit di pengkolan jalan, atau konveksi di RT sebelah, maka biarpun duit sudah cupet tetap saja tak akan berjualan dalam masa perkabungan. Di sisi lain, bisnis juga punya kalender jualan, kapan obral dan kapan ada barang baru — bahkan kapan preview untuk kalangan terbatas yang nenek moyangnya berlatar empat musim juga (kemarau, hujan, panen, paceklik).

jakarta's yves saint laurent: big sale

Apakah pengumuman obarl YSL*) berlatar hitam itu berhubungan dengan wafatnya? Nggak. Produk premium cenderung menyukai warna hitam — tapi jangan diartikan sebaliknya. :D

*) Kalau orang Prancis salah mengeja bahasa Indonesia, mereka akan dimaklumi dan dimaafkan. Tapi kalau orang Indonesia (sok) urban dan (sok) terpelajar, apalagi sok fashionista, salah eja nama Prancis, mereka akan dianggap bukan bagian dari adab gaul mondial. Apalagi kalau membaca nama Italia secara “kemrancis”  yang di-bindeng-bin-sengau-kan :P

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *