Hedi lebih paham soal ginian. Tahun-tahun sebelumnya soal ginian sempat jadi ramai. Malah ada yang menganggap hak eksklusif penyiaran bal-balan sama saja menghalangi hak publik atas informasi. Yang saya luput memperhatikan adalah apakah tahun sebelumnya juga beredar atau diumumkan adanya formulir bagi pemilik kafe yang akan menggelar nonton bareng.
Jika masalahnya adalah hak atas (akses terhadap) informasi (secara langsung), maka hanya membolehkan penonton berkarcis yang masuk stadion pun berarti pembatasan akses.
Jika masalahnya adalah penyiaran terbatas, apalagi hanya lewat TV berbayar, maka mestinya gugatan sosial serupa (dengan kasus berbeda) bisa dialamatkan ke pengusaha bioskop. Kenapa untuk nonton film, orang harus bayar? :D
Jadi di mana masalahnya? Misalkan itu bukan bal-balan, tapi rugby atau polo atau bobsled, maka urusannya lebih simpel. Bal-balan adalah kepentingan umat. Ada juga sih yang merasa, “Lu kaleee, gue sih enggak…” :D