↻ Lama baca < 1 menit ↬

CERITA DARI PEREMPATAN, POTRET MASYARAKAT TOLERAN.

menyodok antrean lalu lintasSaya tidak tahu dari mana arah datangnya, selain dari belakang, tahu-tahu mbak itu ada di antrean terdepan. Dia konsisten, tidak berpindah jalur untuk berhenti. Dia tetap mengambil jalur kanan yang mestinya untuk kendaraan dari arah berlawanan.

Tak ada polisi di dekat perempatan di Jalan Barito, Jakarta Selatan, itu. Lebih penting lagi: tak ada yang protes melalui klakson atau teguran.

Maka terbuktilah bahwa masyarakat kita memang penuh welas asih dan tenggang rasa — setidaknya dalam perkara tertentu.

Kalau suka, ikuti saja. Kalau tak suka, jangan ngomel apalagi protes. Gitu aja kok repot.

Sore itu si mbak (dengan sepeda motornya) sendirian mengambil jalur sebelah. Tak ada pengikut. Biasanya pada jam berangkat dan pulang kerja, pengambil jalur ekstra itu bertambah. Di sebuah tempat pernah saya lihat polisi mendiamkan saja jubelan kendaraan penyumbat.

menyodok antrean lalu lintas

Padahal kalau jumlahnya banyak, lebih dari sepuluh, itu sudah sangat mengganggu. Tapi yah apa boleh bikin. Bayangkan jika bajaj, dan bahkan sedan dan bus, pun ikut-ikutan. Makin sesaklah jalan.

Setiap orang ingin lekas tiba di tujuan agar usia tak boros di jalan. Menjadi persoalan jika niat untuk lebih cepat itu mengganggu kepentingan orang lain yang juga ingin lekas tiba di tujuan.

Kesimpulan? Lihat paragraf keempat. :)

menyodok antrean lalu lintas

menyodok antrean lalu lintas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *