SOAL ADAM DAN HAWA. KISAH NYATA…
Ibu itu akhirnya membuka kaca mobilnya karena sepeda motor yang membarenginya terus memberikan isyarat ingin bicara. Seingat ibu itu, dia tidak menabrak atau menyerempet sesuatu.
Maka inilah akrobat ringan. Pagi itu, di tengah keramaian jam berangkat kerja, pengendara motor membuka helmnya sambil berjalan. Muda, berwajah bersih, ganteng, kenang ibu itu. Dan inilah yang dikatakan oleh si pemuda, sambil jari tangannya mengisyaratkan benda kecil, “Minta kartu namanya dong…”
Ibu itu kaget. Gemetar. Lalu segera tersadar. Dia tutup kembali kaca dan terus mengendarai city car-nya, dan tetap mengenakan kacamata hitamnya.
Sial, motor terus membuntuti. Maka kebiasaan baik pun ditinggalkan, kali itu si ibu suka belok mendadak tanpa lampu sen.
Diperhatikan secara istmewa oleh lelaki bukanlah hal baru bagi ibu itu. Sejak kecil dia mengalami. Tapi dia tak membayangkan ada pria seberani itu. Senekat itu.
Esok paginya dia kembali bersua pemuda itu. Padahal ibu itu bersama putrinya yang sudah remaja. Kali itu si pemuda mengajak teleponan, ibu jari dan kelingking tangannya mengisyaratkan halo-halo.
Pada hari kedua itu si ibu, yang beberapa tahun lagi akan setengah abad, itu sudah bisa tenang. Tak membuka kaca. Tak menengok lagi.
Esoknya, ya hari ketiga, si pemuda bisa tiba-tiba membarengi. Kali ini dia mengacungkan secarik kertas. Mungkin bertuliskan nomor ponselnya. Si ibu cuek. Hari seterusnya belum ada kelanjutan kabar mengesalkan darinya.
Ah inilah kota besar. Orang lebih berani untuk apa saja, baik lelaki atau perempuan.
Pada hari pertama gangguan itu, setibanya di kantor dan menenangkan diri dengan segelas air putih, beberapa sejawat pun menanggapnya.
Hari itu dia mendengar cerita dari penanggap lain, sebut saja namanya Udin, pesuruh di kantornya. Muda, dan rajin berlatih kebugaran. Sudah beberapa kali Udin digoda ibu-ibu. Sejauh itu dia lolos. Kalau motor nekat memalang mobil, si ibu akan menabraknya.
Yang terakhir, selagi menunggu angkot di dekat perempatan pada suatu hari sela, seorang wanita yang menyebut diri “tante”, mengendarai “mobil bagus pokoknya sebangsa Mercy”, menawari tumpangan.
Udin takut. Tapi si tante bilang tak akan diapa-apakan karena si tante bukan penjahat. Udin yang sedang bersama temannya, pria, pun akhirnya menuruti ajakan si tante.
Sebelum diantar ke tujuan, Udin dan temannya diajak makan siang di Mal Taman Anggrek. Setelah itu, Din?
“Nggak diapa-apain kok, Bu. Nggak dipegang-pegang,” katanya kepada si ibu. Anda, para pengkhayal cerita ajaib, mungkin kuciwa. ;)
Oh, Jakarta! Kota para pemberani!
Bukankah memberikan tumpangan kepada pria tak dikenal pun butuh keberanian? Begitu pula mengajak kenalan wanita, ibu-ibu pula, di jalan raya.
Bonus: Menggoda Bu Sillystupidlife di pusat kebugaran yang ada Miss Taritanpatiang :)
© Sumber gambar bibir: entah