↻ Lama baca 2 menit ↬

MEMIRIPKAN DIRI ITU JUGA KREATIF LHO.

Iklan Blue Bird di The Jakarta Post ini mungkin ditujukan untuk ekspatriat dan turis asing. Intinya jangan sampai keliru. Jangan asal biru.

Hak Blue Bird untuk melakukan itu. Bahwa ada kompetitor yang akan tersengat maka urusannya silakan diperpanjang sampai pengadilan, sambil masing-masing mengerahkan opini publik.

Bisa saja ada wilayah abu-abu yang padat debat. Misalnya warna biru tidak bisa monopoli. Mahkota (lampu di atas atap mobil) toh tidak mirip seratus persen.

Mungkin bagi si pemirip soalnya adalah ini: “Salah sendiri kenapa mata sampeyan itu rabun, dari jarak dua ratus meter, malem-malem, ndak bisa membedakan merek taksi.” Mirip pemelesetan merek untuk parodi. Sama-sama berniat mengecoh, hanya beda di kandungan guyon. Tapi sama-sama mengecoh, argo kuda jelas kriminal.

Soal mirip-miripan ini sudah lama. Mungkin sudah sepuluh tahun President Taxi berganti nama Prestasi dan mengubah warna merah dan jingga (atau kuning tua?) ke biru.

Itulah sebabnya saya menghargai perusahaan taksi yang berani beda dalam mewajahi armadanya. Misalnya TaxiCab (lho nama kok dobel?) yang secara visual seperti paduan Lipton Tea dan taksi (luar) nagri.

Begitu pula dengan Express yang berani berputih diri. Hal serupa berlaku untuk TransCab yang berkuning mangga dengan sajian TV di dalam.

Sayang belum ada taksi yang mau memiripkan diri dengan Silver Bird. Coba kalau ada, dengan Mercy betulan yang sekelas, bertarif lama pula, kayaknya bukan masalah.

Memiripkan diri dalam hal logo dan sejenisnya itu kreatif atau tidak?

Bisa juga kreatif, dalam arti daripada repot mendingan menumpang merek lain yang lebih mapan.

Maka di luar urusan taksi, Bakpia Pathuk 75 akhirnya berganti logo. Sejauh saya tahu belum ada kompetitor yang mengekor.

Bagaimana dengan Dagadu? Ini sih keterlaluan. Versi palsunya ada di mana-mana, bahkan dengan logo versi lama pun berani. Kilah pembajak, kabarnya, justru bermula dari penghargaan: Dagadu Djokja itu mirip gudeg yogya atau bakpia Pathuk. Kebanggaan kota dan warganya. Siapa pun boleh bikin.

Perkara beginian bisa dibawa-bawa ke urusan “hak orang kecil untuk mencari nafkah”. Maka suatu hari ketika Dagadu melambungkan balon promosi di atas Malioboro Mall, balon itu mengempis. Kabarnya ditembus pelor senapan angin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *