ANDA ATAU SUAMI ANDA JUGA BAWA?
Di atas sebuah Metromini yang melaju, sebuah sisir hijau pupus terloncat keluar dari saku pantalon hitam seorang pria. “Obat gantengnya jatuh, Mas!” kata si kernet. Penumpang lain menahan senyum.
Saya juga tersenyum. Tapi tiba-tiba saya hampir tertawa sendiri. Misalkan obat ganteng itu tercabut dari celana saya tentu lebih seru. Lebih menggemparkan daripada iklan bonus poin Telkomsel yang menggambarkan pria gundul mendapatkan hadiah sisir.
Sudah, sudah, nanti saja diteruskan. Saya tahu Anda ingin berpuas-puas menyalurkan hasrat sadistis (atas nama humor) dengan menyerang fisik orang lain. Tenang, ada kotak komentar. Tidak saya tutup kok. Saya tahu bagaimana memanjakan tabiat buruk Anda, dengan risiko saya dicap masokistis :D
Saya tak tahu seberapa banyak pria (berambut) yang selalu mengantongi sisir. Sekali lagi: mengantongi. Bukan membawa dalam tas.
Setiap kali ke kamar kecil gedung atau mal, selalu ada saja yang sedang asyik menyisir di depan cermin wastafel. Ada yang remaja, ada yang bangkotan. Tapi yang berambut ala Giring Nidji biasanya cuma menyisir dengan jari. Sedangkan yang dreadlock rastamania tak merapikan rambutnya (karena sudah rapi — sama dengan alasan orang pelontos).
Suatu kali seorang mbak tiba-tiba hilang selera ketika mengetahui idamannya selalu mengantongi sisir. “Jadul jayus,” katanya. “Najong,” kata temannya.
Lebih parah lagi, sebagaina pengantong sisir itu jarang membersihkan obat gantengnya. Berminyak, kehitaman, bau pula.
Boleh tahu apakah Anda (pertanyaan untuk pria), atau pasangan Anda (pertanyaan untuk wanita), masih mengantongi sisir? Bagaimana bentuknya, apa warnanya, bersihkah?
© Ilustrasi: thebodyshop.com