Gubernur Jabar di Mata Orang Perbatasan

▒ Lama baca < 1 menit

MENYAMBUT PEMILIHAN GUBERNUR…

agum gumelar berkumis

Ketika DKI memilih gubernur baru, saya merasa berjarak karena memang tak berhak memilih. Saya orang Bekasi. Mestinya tak ada urusan dengan Jakarta.

Sekarang rakyat provinsi Jawa Barat sedang diarahkan untuk memilih gubernur. Lagi-lagi saya berjarak, tapi dalam kasus ini saya sebetulnya berhak memilih.

Saya warga Pondokgede, tapi untuk banyak urusan lebih sering ke Jakarta, bukan ke Bandung. Tempat tinggal saya hanya sekitar tiga kilometer dari batas Jabar dan DKI. Dari rumah ke pintu tol Pasteur, Bandung, sekitar 140 km — kalau via jalan tol Cipularang. Alangkah jauhnya Bandung, ibu kota provinsi saya itu. Orang sekitar saya, yang warga asli, jarang bercakap dalam bahasa Sunda.

dede yusuf calon wagub jabar

Misalkan belum ada provinsi Banten, orang Ciputat di Tangerang mungkin juga akan berjarak dari geliat pilgub Jabar. Lebih dekat ke Pondok Indah Mall daripada ke Bandung Supermall.

Tentang hal beginian, sudah saya tulis, misalnya di sini dan di sana. Bisa saja bagi orang lain itu bukan masalah yang harus dibingungkan. Hanya saya saja yang mbingungi. Artinya salah sendiri.

incumbent danny setiawanSaya membayangkan bagaimana posisi warga Indonesia yang berdiam di wilayah perbatasan dengan negeri jiran. Pemilihan presiden (Indonesia) pun mungkin kurang penting bagi mereka.

Bisa saja lebih penting harga sembako dan lalu lintas perdagangan antarwilayah beda negeri daripada siapa yang bercokol di Istana nun di Jakarta.

Poster berupa foto resmi duo pres-dan-wapres, yang entah kapan bakal datang (gambarnya, bukan orangnya), itu mungkin juga bukan soal toh TV negeri sebelah sudah menayangkan sekilas.

Domisili, wilayah administrasi, kepentingan, harapan, dan hati. Tak selamanya semua itu berada dalam satu tumpukan himpunan. Begitulah balada warga pinggiran.

KETERANGAN GAMBAR:

1. ATAS | “Kemenangan kami, kemenangan rakyat,” kata Agum Gumelar dan Nu’man A. Hakim. Poster di kolong jalan tol JORR, Jatiwarna, Bekasi.

2. TENGAH | “Hade basana, akhlakna, elmuna. Hade pisan euy!” Spanduk gantung Hade (Ahmad Heryawan & Dede Yusuf) di jembatan penyeberangan JORR, perbatasan DKI dan Bekasi.

3. BAWAH | Pasangan Da’i (Danny Setiawan & Iwan): “Mengabdi dengan hati.” Spanduk gantung di kebon tepi jalan, Jatimekar, Bekasi.

Tinggalkan Balasan