BISA BUAT KEGIATAN KREATIF & KARITATIF.
Selagi baca, saya ingat satu hal: nopia purwokerto yang tadi saya beli di warung masakan Jawa Tengah itu masih ada. Maka saya raih kotaknya. Lho, kok kotak yang tadinya polos sudah berhias?
Di seberang saya, masih di meja makan yang sama, saya lihat Tika (Day), anak saya, masih asyik mencoreti setumpuk kertas. Sesekali dia komentari CD Sarah Brightman, Gothica, yang sedang kami putar. Ya, anak itu yang mencoreti kardus tanpa saya ketahui.
Dulu waktu saya kecil, tindakan seperti ini akan mengundang amarah Ibu. Nggrathil, katanya. Vandalis, kata para guru.
Kayaknya semua ibu dari angkatan lama juga cenderung sama responnya. :)
Dulu itu, siapa tak sebal jika foto presiden di headline koran anyar tiba-tiba sudah jadi bajak laut brewok, bermata satu, dan beranting-anting gede? Siapa tak kesal jika first lady tamu agung tiba-tiba berkumis pelintir ala Salvador Dali dan giginya ompong?
Sekarang saya juga orangtua. Tapi di mata saya kejailan itu menarik. Saya malah suka.
Maka terbayanglah ide gombal, bagaimana jika kemasan polos wadah penganan dilombakan untuk digambari. Taruh kata melibatkan gubernur anyar bank sentral, atau perupa Eddie HaRa, Erica atau Agus Suwage, atau penyanyi Inul bersama sang rujukan moral Bang Rhoma, kayaknya mengasyikkan. Bisa buat cari duit. Lalu duitnya buat amal.
Bisa juga kolaboratif. Ada anak-anak usil, cucu dari keluarga supermakmur setara pengemplang BLBI, yang untuk ikut mencoreti kardus harus membayar mahal, lantas coretannya diteruskan oleh para tokoh dalam sebuah acara.
Lebih bagus lagi, anak-anak dari kalangan yang akan dibantu itu juga ikut menggambari. Ada yang mau bikin? Ayo siapa? :D
Karena menyangkut bungkus-membungkus, maka dalam skala gigantis kita bisa undang Christo sekalian. :P