PLASTIK ADALAH SOLUSI.
Baru sekarang saya sadar, kambing dan kembang memang berhubungan. Dulu kakak-kakak saya, yang bersekolah di SMP Kristen yang mayoritas siswanya keturunan Cina, mendapatkan pelajaran baca-tulis Arab Melayu. Tepatnya “Arab gundul”. Mereka memberi contoh kepada saya bahwa “kambing” dan “kembang” itu, kalau hanya satu kata, tulisannya sama. Begitu pula halnya dengan “kembung” dan “kumbang”.
Tadi, di TPU Pondokrangon, Jakarta Timur, saya dapati banyak kembang plastik. Tampak segar, apalagi setelah dimandikan hujan.
Mulanya saya pikir itu hanya alasan kepraktisan semata. Tak perlu keluar biaya ekstra untuk merawat. Tak perlu takut tanaman digondol maling.
Ternyata bukan hanya itu. Kembang plastik diemohi kambing. Hanya kembang asli yang disukai kambing. Lebih segar. Lebih layak kunyah. Lebih bergizi.
Saya tak hendak melucu. Itulah yang tadi saya lihat sebelum, selama, dan setelah kebaktian pemakaman. Kembang-kembang segar disantap oleh kambing.
Saya sedih melihatnya. Sekaligus bingung.
Saya sedih, karena bagaimana pun kembang-kembang itu, meski hanya sekali pakai lalu ditinggalkan oleh pelayat, lagi pula tanpa muatan mitis, adalah bagian sebuah ritus sosial, apa pun agama yang dipeluk oleh almarhum. Belum sempat melayu, apalagi mengering atau membusuk, kembang-kembang itu sudah disantap oleh kambing yang dibiarkan berkeliaran.
Saya bingung, karena TPU sudah dikelola sebagai taman sehingga kuburan diharapkan bukan lagi sebuah hamparan keseraman, apalagi di sana ada kantor pengelola taman, ada banyak penjaja makanan, minuman, dan buah. Bahkan di sebuah TPU di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, di tengah misa pemakaman saya dengar suara meriah Zuma dari komputer pengelola makam. Saya hanya ingin mengilustrasikan bahwa kuburan adalah sebuah dunia terang, dan sepenuhnya memang duniawi.
Tapi sebagai taman, tidakkah kambing mestinya dibatasi jelajahnya?
Taman apa pun, termasuk pemakaman, setahu saya tidak dirancang sebagai ladang penggembalaan ternak.
Saya juga paham bahwa secara tradisional kuburan adalah ladang penggembalaan ternak bagi orang sekitar. Ada banyak rumput dan perdu di sana. Akan tetapi ketika kuburan sebagai ruang publik yang terbuka mendapatkan tambahan fungsi ternyata lingkungan tak disiapkan.
Kambing-kambing itu tak bersalah. Kembang-kembang plastik telah menjawab.
+ Tulisan lampau: Kuburan modern tertua di Jakarta