↻ Lama baca < 1 menit ↬

KETIKA IKATAN TERURAI DAN TALI DIPUTUS…

perceraian di pos kota

Menarik juga berita utama Pos Kota hari ini: Istri Semakin Berani Gugat Cerai Suami. Contoh kasus diambil dari pengadilan agama di beberapa wilayah DKI. Salah satu pemicu: suami menganggur. Hwaduh. Kesian deh. Ada uang, abang disayang. Tiada uang, abang ditendang.

Sial bener jadi laki, yak? “Makanya jangan jadi lelaki,” kata seorang wanita entah siapa saya lupa.

Tapi saya juga teringat seorang sobat lucu, namanya Eds. Dia yakin, penyebab utama perceraian adalah perkawinan. Bener juga ya. Coba kalau nggak usah kawin, nggak bakalan tuh ada ribut dan ribet soal cerai.

Tentu tak semua perceraian bisa dikomikkan sekonyol itu. Ada saja kasus yang memang rumit, menyakitkan hati bagi yang dirugikan, bahkan anak-anak akan terlukai hingga dewasa.

Ada pendapat gombal, entah mengutip dari mana, anak dari pasangan bercerai cenderung lebih berani mengambil keputusan untuk menjanda atau menduda. Mereka belajar dari keberanian orangtuanya.

Misalkan pendapat itu benar, entah siapa dan di mana sampelnya, dapatkan diartikan bahwa mereka yang tak berani bercerai lebih tahan menderita dalam azab perkawinannya?

Tentu pola pikir amburadul itu layak dipertengkarkan. Sepintas logis padahal melenceng, karena tak mendalami semua faktor. :D

Keputusan untuk bercerai, setahu saya, adalah sesuatu yang sulit. Malah mungkin lebih sulit daripada ketika memutuskan menikah.

Ah, saya teringat posting lawas tentang pelembagaan hubungan kasih. Barangkali, bagi orang tertentu, pendekatannya memang “ketika simpul terikat tak mudah untuk diurai”. Komentar #29 di halaman itu juga menarik.

Oh ya, saya pun teringat sebuah tulisan di koran bahwa di Jerman “banyak” pasangan tak bercerai, padahal sudah saling mengemohi. Kenapa? Perceraian membawa konsekuensi finansial. Salah satu pihak (tak harus suami) harus menanggung santunan dan sebagainya. Cerai itu mahal, begitulah.

Seorang pria pernah bilang, “Kalau nggak butuh anak nggak usah menikah. Soal kebutuhan kodrati, itu nggak harus dilembagakan, kan?”

Entah apa kabarnya dia sekarang. Jangan-jangan, tanpa diketahui, anaknya sudah banyak. :D Itu yang namanya lelananging anu dalam pengertian yang baik dan benar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *