↻ Lama baca 2 menit ↬

DARI TAMAN PROKLAMATOR, JAKARTA, DI BAWAH MENDUNG.

bendera forum kota

Jika orang hanya menoleh ke belakang, dia tak akan pernah jauh melangkah.

Kalau tak pernah menoleh, bahkan melalui kaca spion, kita tak akan pernah tahu jejak dan arah perjalanan kita.

Semuanya basi. Sudah mengering itu mawar, kenanga, dan melati di pucuk giri — memang sih selalu saja ada yang mengganti. Jangan hanya menoleh masa lalu. Pikirkanlah yang baru!

Apa yang ada hari ini, dan peluang kita untuk membentuk esok yang nyaman bagi semua orang, hanya bisa ditempuh kalau kita tahu dan ingat yang pernah terjadi.

korban orde baru

Jika bicara luka, siapa sih yang tak pernah luka? Jika bicara luka, mereka yang tak terluka parah kadang bicara lebih lantang, seolah lebih tahu peta perjalanan…

Sakit karena luka adalah pelajaran, tak hanya bagi yang mengalami langsung. Manusia dikaruniai kemampuan untuk belajar dari kesalahan. Manusia lumrah tak ingin luka dan sakit itu berulang…

Tentang hari esok yang baik, haruskah digapai dengan mendidihkan kuali dendam, tanpa niat memaafkan masa lalu?

Mengingat adalah satu hal, dan memaafkan adalah hal lain. Ini bukan soal berkubang dalam dendam, tetapi mengingatkan semua, ya semua, semua yang masih hidup, untuk menata kehidupan bersama agar lebih baik…

Haruskah dengan menghidupkan soal yang itu-itu saja?

patung dwitunggal

Tunjukkan kepadaku cara lain yang membuat orang jujur terhadap apa yang telah dijalani kemarin, syukur bila dengan kepala dingin dan hati yang jernih, bukah kesumat dalam didih, agar hari esok lebih baik…

Aku tak punya petunjuk. Aku orang biasa, yang kadang penat oleh semua masalah dan tekanan kehidupan. Mengingat kepahitan adalah derita tambahan. Tapi untuk memaafkan, hmmm… sejujurnya belum dapat kulakukan. Yang kucoba hanyalah berusaha melupakan, sesulit apa pun…

Baiklah kita maafkan bersama, tapi tak mungkin kita lupakan. Kita mengingat dan mencatat bukan untuk kita, bukan untuk mereka yang ujung mistar usianya mungkin sudah dekat. Kita mengingat dan mencatat untuk anak-anak kita…

Membekali anak-anak dengan luka orangtuanya? Itukah masa depan?

spanduk tolak gelar pahlawan

Kita masih bisa berbincang lagi. Menimbang dengan hati, menakar dengan nalar, berjarak namun tak hendak memanglingkan diri, berlandaskan kehendak baik untuk kepentingan banyak orang. Kalau hari ini kau jenuh, aku yakin hari lain akan tersedia. Akan tiba saatnya…

*) Judul lama yang klise, tanpa pernah membaca keseluruhan teks asli, adalah “Ingatan Melawan Lupa”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *