Silakan Minum. Bisa Gratis, Boleh Bayar

▒ Lama baca < 1 menit

DICARI: RUANG TUNGGU KELURAHAN YANG OKE.

Ruang tunggu yang luas, dengan beberapa sofa yang terkelompok tanpa sekat. Minuman tinggal pesan. Mau kapucino, kopi, teh limau, soda, semuanya ada. Gratis.

Nama ruang tunggu itu Premier Lounge, milik sebuah perusahaan teknologi informasi di Jakarta. Cara memesannya ya biasa saja, tak perlu sok canggih pakai PDA seperti sebuah kedai di Mal Taman Anggrek.

Tapi, hehehe, ada satu minuman yang harus beli. Grass Jelly namanya. Rp 3.000 per gelas. Mungkin dipesankan dari luar — kalau ya, berarti tamu bisa meminta ketoprak. Biar saja, toh yang lainnya sudah gratis. Wi-Fi juga gratis.

ruang tunggu perusahaan komputer

Layanan macam ini kian lumrah, apalagi untuk tempat yang meminta bayaran seperti bengkel yang memberikan kupon minuman gratis, biasanya berupa sobekan dari lembar surat perintah kerja.

Saya bayangkan alangkah mulianya jika kantor-kantor kelurahan dan kecamatan juga melakukan hal serupa. Pemohon KTP, surat keterangan, atau keperluan lain, akan terlayani prima, gratis pula. Ada koran baru, ada sekian judul majalah gratisan, ada hot spot, pasti nyaman.

Kalau ada layanan itu alangkah manusiawinya. Kantor kelurahan dan kecamatan menghormati warganya dan tak membiarkan tamunya cuma menonton pegawai bermain game di komputer, SMS-an, mengisi TTS, mencobai lipstik (pernah saya lihat di Kantor kecamatan Tanahabang, Jakarta), atau duduk bengong menguap.

Atau kalau harus berbayar, sediakanlah vending machine dan voucher untuk akses internet. Tambahi juga dengan kursi pijat yang pakai koin itu.

Pak Lurah sih boleh menunggui ikan di rumah, dan Pak Camat asyik mencandai bekisar di rumah, karena ada kurir yang mondar-mandir, sementara tamu tetap terlayani.

Jadi lurah dan camat itu kabarnya repot. Kalau sering di kantor akan dianggap jarang ke lapangan. Tapi kalau sering di luar, bakal dituduh melalaikan pekerjaan.

Tinggalkan Balasan