HIDUP MEMANG BUTUH BIAYA, NAK. :D
Jangan tersenyum baca judul itu. Tapi Anda (wanita) jangan langsung marah, “Punya suami juga mahal, kok!” Lantas apa reaksi Anda jika mendengar ini? “Uh, punya istri itu cost ya, Mas? Maintenance-nya mahal.” Pria dewasa tua yang ditanya menjawab, “Harga celana dalam dan bra saja mahal, Nak.”
Anak muda, yang lagi senang-senangnya menikmati hasil kerja, itu heran mengapa iklan dan toko busana kebanyakan untuk wanita.
Pria tua menjawab, “Pria dan wanita sama saja, kok. Suka belanja. Bedanya, lelaki ndak terlalu sering beli pakaian luar. Dompetnya saja sampai bulukan. Beda lain juga ada, silakan amati dan cari tahu sendiri.”
Lelaki, kalau punya duit, cenderung memanjakan hasrat kekanak-kanakannya. Boys and toys. Beli pistol, arloji mahal, audio jempolan, modifikasi motor/mobil, dan entah apa lagi. “Beli lawan jenis,” celetuk wanita dewasa yang sedari tadi cuma senyam-senyum.
Giliran wanita yang ambil jalur bicara, sekalian memelencengkan topik. “Lebih kecil kemungkinan wanita berduit beli lawan jenis daripada sebaliknya,” katanya.
Si culun tetap ngeyel, “Tapi wanita cenderung lebih suka belanja, kan? Apa karena bakat?” Huss, bakat. Habis ini ras. :D
Jawaban netral dan adil: bergantung apakah istrinya nanti berpenghasilan gede, boros atau irit, ada anak atau tidak, seterusnya.
Ah, saya ingat cerita yang tidak mutu. Seorang suami mengeluh, sekian lama cuma kasih indekosan gratis kepada seorang wanita tanpa pekerjaan. Sekian lama menyediakan berkuintal-kuintal beras. Dan seterusnya…
Si istri menukas, “Sekian lama aku jadi pembantu nggak dibayar. Sekian lama aku juga melayani pelanggan yang jajan gratis. Mari kita berhitung. Selisih upah, dengan tunggakan dan penalti, harus segera dilunasi.”
Entahlah kalau si suami merasa sekian lama cuma jadi gigolo, sopir pribadi, tukang ojek pribadi, dan satpam tetap, sehingga merasa berhak mengajukan klaim tunggakan ongkos pegal linu. :D