Tembaaakkkkk!

▒ Lama baca < 1 menit

BEKU! ATAU KUTIUP OTAKMU! *)

satpol pp dki

Gambar ini saya dapatkan dari koran pembungkus belanjaan. Saya lupa nama korannya, pokoknya city paper, edisi awal Desember.

Bagus. Benar. Memang menembak itu melatih konsentrasi dan (mestinya) kontrol diri. Di tangan orang yang kurang matang, lagi pula mengidap trigger happy, beceng dan pelor bisa amat sangat berbahaya banget.

Dalam beberapa kasus, senjata api (senpi, kata polisi) juga menjadi penebal nyali. Di tangan pengecut loyo yang tak mampu berkelahi seperti saya, mungkin saja pistol atau senapan akan menjadikan saya belagu. Bukan menjadi berani melainkan nekat atau malah ngawur.

Lantas akankah polisi pamong praja, sebagai “binaan” dari Dinas Tramtib (lihat Tupoksi, fungsi i), dibekali senjata api? Saya belum mempelajari payung hukumnya. Lagi pula berita dalam foto memang sangat ringkas (kalau panjang dan komplet bukan itu namanya).

Tapi tanpa senjata api saja mereka bisa keras. Demi ketertiban, atas nama hukum.

Bagus, bagus. Tapi jika bicara penegakan hukum, mestinya konsisten. Saya tak bicara solusi, maka (misalkan saja) untuk menertibkan pedagang kaki lima berlakukanlah cara tegas yang di segala waktu dan cuaca. Rujukannya: kalau di trotoar depan Balai Kota (dan tentu Istana Negara) tak ada tukang tambal ban dan tenda pecel lele — dan tiada gembel tiduran, apalagi pelacur jalanan — maka di semua tempat mestinya begitu.

Gimana, Ndan? Lapan anem? Krskkkkkvvvvxxxxx! Kunyuk satu masuk. Krsssskkkkk. Tiitttt.

*) Terjemahan harfiah dari adegan pilem eksyen

Tinggalkan Balasan