Ketika Blog Menjadi Racun yang bikin Pecah Ndhas ituh*

â–’ Lama baca < 1 menit

sindroma tikabanget

Dan Nak Tika pun mengeluh. Ndoro nan (tumben) Arif Bijaksana benar: itu bisa menimpa banyak bloggers. Bagi saya itu risiko dan ketelanjuran.

Pada awal ngeblog saya pernah menjadi orang lain, tapi akhirnya ketahuan juga. Pilihan saat itu cuma menyatakan diri atau berhenti. Saya came out — itu pun dengan menimbang berlama-lama, membiarkan domain dan hosting telantar.

Adakah pilihan ngeblog yang tak mengusik kenyamanan diri?

Jika tujuannya bukan untuk berkomunikasi maka pakailah nama lain, jangan unjuk gambar yang memudahkan identifikasi, jangan membuka kotak komentar, jangan memasang tautan luar, jangan berkunjung ke blog lain, jangan chatting, dan… jangan sekali-kali kopdar. Yang terakhir itu bisa mempertipis privasi — sekali nongol bisa mati konyol, sekali hadir bisa kenthir.

Lantas ngeblog buat apa? Blog adalah personal journal yang kebetulan ada di ranah publik yaitu web.

Kalau cuma mau nulis buat diri sendiri kenapa tak di buku atau disimpan di hard disk atau di server pribadi? Itu pertanyaan lanjutan. Selamat siang. Saya mau makan. Pesanan sudah tiba.

Tapi sungguh Nak Tika, saya memahami kegalauan itu… Paham banget. Menyesakkan. Memusingkan. Banget dan banget.

*) Judul semula (maaf) agak kurang ajar: “Sindroma_Tikabangetâ„¢”

Tinggalkan Balasan