↻ Lama baca < 1 menit ↬

BAGAIMANA KALAU KITA MANFAATKAN?

stiker sedot tinja wc

Semprul! Trondholo! Sontoloyo! Lagi dan lagi penyebar stiker sedot tinja itu beraksi. Main tempel sembarangan. Yang terbaru: pintu pagar bagian dalam pun mereka tempeli. Lancang betul.

Mau menegur, apalagi memerkarakan dengan pasal tindakan tidak menyenangkan dan mengganggu properti pribadi, rasanya kok berlebihan — kemaki, kemlinthi, semugih, miskin tenggang rasa. Apalagi saya pernah punya rencana bisnis serupa. Bisa disangka tak mau disaingi.

Namanya juga orang cari makan. Bisanya baru nyebar stiker sablonan, masa kita gebah? Masih lebih mendingan mereka daripada pemilik media luar ruang ringkih yang bisa menimpa pejalan.

Sebagian penyedot tinja itu sekarang lebih memilih stiker kecil tak sampai seukuran penampang bungkus rokok. Lebih praktis. Menempelkannya gampang. Begitu anjing menyalak, stiker sudah menempel. (Kalau jari lancang digigit anjing, yang akan dipersalahkan si pemilik gukguk.)

Dulu mereka beramai-ramai menempeli tiang listrik dan telepon, juga pagar orang, dengan kertas setengah kuarto. Penempelnya membawa lem dalam ember. Akhirnya permukaan tiang tertutupi promo sedot WC.

Saya bayangkan kalau satu penyedot menggunakan cara beriklan ala premium call, yang bergambar cewek seksi itu, mungkin lebih menarik — sekaligus mengundang amarah. Tapi nomornya kan bakal diingat. Oh ya, ya, ongkos cetaknya lebih mahal, ding.

Tiba-tiba saya teringat satu hal. Memanfaatkan stiker sedot tinja untuk beriklan. Maka bisa saja suatu saat ada blogombal.com dan ndorokakung.com dalam stiker sedot tinja. Nggak keren tapi menancap di benak.

Repotnya, para pemilik rumah yang jengkel menganggap si pengiklan tumpangan itulah yang berbisnis sedot. Blognya bakal diisi serapah.

Yang paling cocok beriklan mungkin blog ini: b0ker.blogspot.com, punya Mas Bowo.

*) Judul gaya lama Puji itu juga enak kok…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *