Inilah Showbiz: from Zero to Sontoloyo

▒ Lama baca < 1 menit

Bukan hal baru. Promotor menuruti manajemen Beyonce: hanya media tertentu yang boleh memotret. Menyakitkan bagi yang tak dapat izin, sehingga boleh jadi sampai malu kepada pembaca (konsumen).

Manajemen artis punya pertimbangan sendiri. Itu sah. Dia berhak menentukan mana yang menurutnya layak. Sama seperti orang punya gawe yang tak mungkin mengundang semua orang, kecuali perhelatan berlangsung sebulan nonstop.

Diskriminatif? Apa boleh bikin. Hak publik atas informasi terhalangi? Nggak juga. Ini bisnis. Kalau mau bawa hak publik, maka saya meminjam guyon Ndoro Bedhes soal tayangan bal-balan: pemilik bioskop berbayar pun menghalangi hak publik atas tontonan.

Artis cenderung belagu, dulu waktu belum ngetop haus publisitas, tapi setelah jaya malah pilih kasih, lantas setelah senjakala popularitas tiba jadi mendamba publisitas?

Ya gimana lagi. Memang begitu hukumnya. Kadang bukan sepenuhnya salah si artis secara personal.

Artis, dalam arti manajemennya, adalah sebuah kumpeni. Artis kadang hanya merek. Lagi pula terlalu ribet kalau semuanya dipegang oleh si artis sebagai sentrum — dengan kakak, adik, ibu, sepupu, teman, atau siapa saja yang dekat, sebagai asisten. Misalkan dia hanya butuh tidur lima detik efektif dalam 24 jam, tak semua urusan tertangani.

Fortune beberapa tahun silam mengangkat laporan utama “Stones Inc.” yang mengisahkan kerajaan bisnis The Rolling Stones berikut bedah keuangannya.

Oh kalau begitu artis top kayak blogger kondang ya?

Ketika awal ngeblog rajin menyambangi blog semua orang, untuk mempromosikan URL-nya, bahkan chatting dengan siapa saja, tapi setelah mapan hanya mau menengok blognya sendiri, tak ada kunjungan balik, hanya baca sekilas dari RSS reader?

Terlalu, dan sok banget, kalau alasannya karena tak punya tim manajemen untuk silaturahmi maya. Ya, kan? (Jawabannya: “kan!”)

Lantas setelah peringkat turun, dan iklan sepi, si bekas kondang kembali rajin menyambagi blog lain, termasuk blog baru yang cuma berisi “This is my first post” atau “Hello World!”, untuk mempromosikan URL-nya kembali?

Huh! Gitu ya? Huss!

Tinggalkan Balasan