↻ Lama baca 2 menit ↬

ENAK BUAT KOPDAR PULUHAN ORANG. :D

kantor cico bogor

“Selamat siang, Mas. Saya sudah ditunggu Pak Mbi…,” tak saya teruskan sapa dan permisi untuk Pak Satpamwan itu.

Hmmm… inilah egoisme dunia blog: menganggap semua orang mengerti nom de guerre setiap blogger. Mana peduli Mas Satpamwan dengan Ki Mbilung Sugemblung? Bahkan Neng Jeni, istrinya, pun tak memanggilnya Mbilung.

cico bogorSaya kemarin bertandang ke kantor Nyi Mbilung di Cimahpar, Bogor, di tepi Jalan Tol Jagorawi (suara mobil pun terdengar).

Saya ke sana sekadar numpang tempat untuk berbual-bual, berdobos-dobos sejumlah perkara tak penting pun tak layak ingat, dengan suaminya. Gratis, lebih murah daripada berbual di Desa Gumati yang sekawasan.

Kompleks kantor yang terjangkau angkot itu serbahijau. Cocok untuk kopdar di bawah 100 orang — tersedia rumah dan barak untuk menginap (gratis? enak aja!). Ada banyak meja berpayung (gambar #3 & #4) serta beberapa gazebo. Ada lapangan basket dan menara untuk panjat tebing segala. Oh ya, Wi-Fi juga ada (bisa ngeblog di sungai).

cico bogorTempat ini pernah dipakai untuk kopdar terbatas, dengan peserta kawula BHI dan MpokB(ogor). Moral cerita: ini post basi, karena bloggers lain sudah tahu lebih dulu.

Di atas lahan sekitar dua hektere, dulunya milik keluarga Frederick Silaban (arsitek Masjid Istiqlal), itu pepohonan lama dibiarkan tumbuh. Kontur tanah tak banyak diubah. Memang itu syarat si penjual. Ada beberapa kantor lembaga di sana, semuanya berhubungan dengan konservasi alam.

Buah pinang yang jatuh tak dibuang (#14). Hemat energi dipraktikkan dengan membuat lubang cahaya di taman (#6), untuk gua kantor di bawahnya (#12, #13). Kantor yang unik, mirip hunian Teletubbies (#7). Toilet di sana bersih (#9).

cico bogorKemarin langit Bogor berawan, sempat mendung tipis, nasi timbel langsung habis, kopi cepat dingin, dan tahu-tahu sudah sore. Hanya si kucing pemalas yang tak menelan ketergesaan (#2). Dengan banyak pohon dan tanaman, guguran daun yang terselip di antara bunga kemboja sejak pagi belum sempat terangkut (#1). Atau demikianlah mestinya keindahan alami?

Kantor yang menghijau. Segar dan teduh. Alami. Agak menghutan. Konon Ki dan Nyi Mbilung dulu juga memetik buah asmara di hutan. Sangat natural — dan agak purba, tapi indah.

Terima kasih Ki dan Nyi. Didats nanti, sepulang dari rantau, boleh jumpa penggemar di sini, kan? Warga Merdeka kabarnya juga mau ngumpul sini. Sekalian ada yang mencoba tunggangan anyar buat rolling thunder. Human versus motorbike. :)

Kalau Ki dan Nyi bakal repot, Kanjeng Ndoro Bedhes siap turun tangan. Beliau itu serbabisa (kadang serbabasi) dan sahabat Anda berdua kan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *