Laporan utama Tempo (edisi 1-7 Oktober) menarik. Tentang kontroversi peran D.N. Aidit dalam “G30S/PKI” (Tempo cukup nyebut “G 30 S”) dan sisi humane seorang Dipa Nusantara setelah meninggalkan nama Achmad. Setelah itu apa lagi menariknya?
1. Ilustrasi yang menggambarkan salah satu episode kehidupan Aidit, yaitu beribisnis. Dia pegang sesuatu yang mirip bundel majalah Tempo — dan namanya memang Tempo. Guyon nakal yang sengaja menganakronikkan latar sejarah :D.
2. Aku nggak tahu, setelah peristiwa 65, berapa banyak orangtua yang masih menamai anaknya Aidit. Barusan mau ngecek buku telepon tapi nggak ketemu. Padahal sebagai nama, Aidit (atau Aideed) mestinya berarti sesuatu yang bagus kan? Sekian lama kita mengalami cuci otak sehingga nama Aidit seolah mengerikan. Tetapi kenapa nama Muso (yang sama dengan Musa, Moses, Moshe) tidak semenakutkan Aidit?