PUNYA TAK PUNYA TETAP SAJA REPOT.
Maafkan saya jika pertanyaan tadi terkesan jumawa. Kemaki, kemlinthi, kemethak, kata orang Jawa. Seolah-olah saya merasa paling updated soal produk teknologi, padahal saya selalu ketinggalan. Tenang, tenang, saya masih punya kok. Bahkan disket baru, yang berisi software, juga saya punyai. Justru itu yang membuat saya takjub.
Disket itu terkemas bersama kibor kecil cap Okion, untuk menggantikan kibor standar yang kegedean dan makan tempat. Isi disket itu driver. Kibor kecil itu saya beli pekan lalu tapi baru saya pasang hari ini.
Heran juga saya, kenapa si pembuat tak menyertakan CD. Bukankah keping cakram kian murah, bahkan lebih murah daripada disket?
Kalau mau lebih praktis, sebaiknya semua peranti yang terkoneksi lewat USB sudah menanam driver berikut installer di dalam produknya. Eh, CD juga perlu ding. Buat backup. Tapi jangan disketlah.
Yah, tidak semua komputer anyar punya floppy disk drive (sttt… Anda masih ingat nama itu?). Untunglah komputer lawas saya yang bulukan masih punya drive itu. Padahal komputer warnet, terutama yang anyar, tak melayani disket. Pengunjungnya pun sudah pada membawa USB flash disk.
Tapi kalau zamannya belum cocok, setiap media penyimpanan bisa merepotkan. Sembilan tahun lalu saya membeli internal modem. Driver-nya, berikut aplikasi untuk modem, terbundel dalam sekeping CD. Sial, komputer yang saya pakai belum ber-CD drive. Karena menginstal melalui beberapa disket penampung files dari CD selalu gagal, maka saya pun meminjam internal CD drive punya orang.
Masih soal media penyimpan, sekitar empat tahun lalu Tito harus mengantar saya dari warnet ke warnet, malam hari, di Yogya, demi card reader untuk memindahkan foto ke CD. Waktu itu saya berpikir, ngapain pergi ke luar kota harus membawa segala jenis alat (dan kabel).
Lantas soal CD bagaimana? Ada cerita lain? Ada. Bulan lalu saya bingung, karena monitor yang saya beli tak menyertakan CD berisi driver untuk resolusi 1440 x 900. Memang saya dikasih CD dalam paket komputer itu, tapi tanpa CD untuk driver maupun aplikasi untuk kalibrasi sekadarnya.
Saya cari di internet tak ketemu. Mungkin saya yang payah dan kurang telaten. Toh nyatanya di situs produsen juga nggak ada. Akhirnya saya telepon Acer, minta driver. Sang petugas mendiktekan URL dari halaman Acer Eropa.:D
Maka saya pun men-download sendiri driver itu. Yah, sama seperti tadi, mengunduh driver dari situs Okion, karena komputer kecil yang saya pakai tidak punya floppy disk drive. Bedanya, dari Okion saya langsung dapat. Cukup memasukkan nomor seri produk.
Pakai disket repot. Pakai CD juga repot. Pakai kebatinan saja.