Sabun Item cap Anak Iseng

▒ Lama baca 2 menit

SIAPA YANG USIL-JAIL: PENGUSAHA ATAU KONSUMEN?

sabun itemSabun Rp 5.000 yang dijual di Pondokgede ini menggoda saya. Bukan karena menjanjikan keharuman, melainkan keisengan. Janjinya, sungguh semprul, “Wash black, looks great.” Anak-anak riang menerimanya.

Jadi, menurut “teori” dan “aturan”, kalau ini sabun ditaruh di wastafel lantas ada orang cuci tangan maka tangannya menghitam. Wastafel jadi kotor. Si korban menyumpah — padahal bulan puasa lho.

Saya nggak habis pikir kenapa ada saja industri yang tanggap terhadap dorongan usil dan jahil. Apakah pengusahanya pernah jadi korban, atau waktu kecil memang nakal? Ini mengingatkan saya pada balon berisi belatung itu.

Bayangkan jika setiap anak sekolah membawa ini. Bayangkan juga jika anak-anak bertubuh besar, yang berstatus karyawan (bahkan bos), membawanya ke kantor. Semakin “bagus” sabun semakin repot orang cleaning service. Kejam juga.

Nah, soal keisengan bocah, kayaknya ada dua macam. Pertama: “aktif”. Ini kadang mengesalkan, karena mereka yang mendatangi korban. Misalnya anak-anak yang suka mengganggu anjing.

Kalau anjingnya diam mereka akan semakin gatal. Menyambit, misalnya. Lantas sesudahnya pencet bel berulangkali. Tujuannya supaya anjing menyalak. Biar gaduh. Ujung-ujungnya, nah ini, tetangga yang tak suka anjing akan menyalahkan si pemilik anjing bahkan mengancamnya. Skenario sitcom sontoloyo pun berhasil. Anak-anak bedhes sialan!

Itu tadi cara pertama. Adapun cara kedua adalah “pasif”. Lebih bersifat menjebak korban. Misalnya menaruh uang di jalan, tapi uang itu diikat benang. Ketika korban membungkuk maka benang pun ditarik.

Paling repot kalau korbannya adalah orang dewasa yang tak tahu malu lantaran sudah kepalang tanggung. Benang dia ikuti, lalu dia tangkap, dan terbimbinglah dia ke sebuah teras yang isinya anak cekikan. Hasilnya adalah gamparan.

Kalau itu terjadi sekarang, orangtua si tergampar bisa mengontak pengacara dan polisi bahkan menyiarkannya di blog.

Pada sebuah musim libur sekolah, belasan tahun lalu, saya pernah jadi korban keisengan kunyuk cocomeo. Ketika pintu halaman samping kantor saya buka, tiba-tiba ada letusan. Tidak keras tapi bikin kaget. Ternyata mercon tarik.

Bersamaan bunyi “tarrrrrr!” meledaklah tawa bocah-bocah laki yang pita suaranya sedang berpindah jalur karena pubertas. Mereka ngacir ke kampung belakang. Saya tak mengejar. Malu.

Soal mercon, dari jenis yang “kurang berbahaya”, waktu saya kecil dulu ada yang meletus kalau tergesek. Kecil bentuknya, seperti isi pensil berwarna.

Taruhlah mercon itu di lantai, dan ketika dia tergilas sepatu Bu Guru atau murid cewek, maka dia akan meletus-letus, melompat-lompat. Dia siapa? Ya si mercon itu.

Para korban biasanya juga melompat-lompat sambil menjerit, bahkan — aduh! — mengangkat rok. Di ujung koridor ada bocah laki yang pura-pura tenggelam dalam bacaan. Entahlah setelah besar dia jadi apa. :D

sabun item cap anak iseng

Lantas bagaimana dengan sabun itu? Saya dan anak-anaklah yang jadi korban keisengan pabrik maupun toko. Sabun itu mengecewakan karena tak memberikan kehitaman seperti yang kami cemaskan. Tapi lumayanlah untuk bikin kaget.

Setelah serbuk hitam dalam perut sabun habis, barang yang menyerupai amenities hotel itu bisa dipakai selayaknya sabun karena memang sabun.

Tinggalkan Balasan