↻ Lama baca < 1 menit ↬

…ATAU PARKIRLAH DI RUMAH SAKIT!

parkir @ kelurahan

Inilah kota metropolitan yang bermimpi jadi megalopolitan. Kalau Anda bertamu ke kantor kelurahan sebaiknya tak membawa mobil. Kalaupun terpaksa bermobil, apa boleh buat jika Anda diminta parkir di hotel sebelah, atau rumah sakit seberang, atau kampus terdekat (atau ke mal terdekat).

Itulah pengumuman di depan kantor Kelurahan Karet Semanggi, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Lokasi kantor pelayanan masyarakat itu terjepit oleh bangunan besar Unika Atma Jaya, Rumah Sakit Jakarta, Hotel Aston, dan Plaza Semanggi — tak lama lagi berdekatan dengan pusat kankernya Mochtar Riyadi.

Jakarta sungguh kota kampung yang pesat bertumbuh. Setiap sudut lahan diisi bangunan. Sembilan tahun lalu, ketika militer mengaduk Semanggi, para reporter bisa mencari lahan parkir di tanah kosong sekitar kampus sekalian mengamankan mobilnya yang belum lunas (dengan membayar preman).

Sekarang lahan kosong telah menjadi gedung. Jalan geronjalan berbatu itu telah mulus. Kantor kelurahan, sebagai bagian terdepan dari mata rantai pelayanan kota, hanya menjadi penonton.

Begitu tersudutnya kantor itu sehingga lahan parkirnya tak cukup untuk menampung mobil.

Saya tak tahu seberapa kuat gigi Pemda DKI untuk menekan pengusaha properti. Kalau polisi bisa minta jatah dibuatkan pos di (dekat) lahan juragan — sekalian memberi kesan aman — kenapa kantor kelurahan dan balai rakyat tidak?

Ah ini pikiran preman dan tentara. Maunya main injak, main todong. Kalau tahu cara memanfaatkan lahan secara optimal, pembangunan kantor kelurahan tetap bisa menyediakan ruang parkir untuk mobil selain punyanya Pak Lurah kok.

Syukur kalau arsitekturnya (bukan biaya pembangunannya) bisa dibantu oleh kampus tetangga. :D

Ah ini pun main todong. Gini aja deh: arsitektur kantor kelurahan disayembarakan. Itu paling fair. Oh ya, arsitek yang baik dan benar pasti bisa merancang bangunan yang pas untuk pemakai yang malas, ngantukan, cenderung kurang suka jaga kebersihan, tapi suka pakai seragam dan tergantung sama instruksi. Gubernur baru yang lebih melek arsitektur dan tata kota mestinya setuju.

Catatan:
Suara penuh prasangka optimistik bilang, “Kalo kantor kelurahan punya lahan parkir, bisa disewain tuh ama hansipnya…”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *