AKHIRNYA DAPAT JUGA, MASIH DIKARUNGI.
Saya belum mencoba cari di Ace Hardware. Apa nama resminya pun belum tahu. Di Pinangsia, Jakarta, orang-orang toko perlengkapan furnitur menyebutnya “karet kursi” atau “ganjal kursi”.
Memang barang itu biasanya untuk mengganjal kursi dan perabot lain. Di toko-toko itu ukuran yang saya butuhkan tak tersedia. Padahal saya butuh untuk ganjal kotak kayu.
Dulu, sepuluh tahun lalu, saya bisa mendapatkan yang sejenis di kaki lima Glodok dan Pancoran. Itu untuk kaki kursi dan meja las murahan (tapi awet lho), yang saya beli si pinggir jalan bilangan Halim Perdanakusuma, agar tak licin maupun menggores lantai.
Setelah Glodok dibenahi, dan lapak Pancoran sudah menjadi jalan, saya tak menjumpai penjual karet pengganjal itu.
Akhirnya saya tanya penjual rokok di dekat lapak VCD bajakan. “Bang, tahu mana yang jual karet?”
Dia berdiri, memanggil seorang remaja. “Ada yang butuh tuh,” katanya.
Saya putar badan. Ternyata di depan rombong rokok itu ada beberapa karung di sudut pagar. Di atasnya ada papan nama bisnis. Tertulis “made in Germany” segala. Yang punya ya si penjual rokok itu.
Dia punya beberapa bentuk dan ukuran. Tidak di-display sehingga antara ingatan penjual dan permintaan pembeli harus dicocokkan dengan membuka karung.
“Yang ini?” tanya anak itu. “Bukan. Yang adiknya sama kakaknya. Lebih tebel,” jawab saya. Lagi-lagi dia membuka karung. Tak cocok. Lalu dia buka karung lain.
Ada juga karet yang tampaknya hasil bentukan sendiri. Bahannya seperti sandal, potongannya tak rata, permukaannya seperti bekas diamplas. Harganya Rp 2.000-an per biji, tapi saya tak bisa membuat sendiri — apalagi ganjal yang halus padat hasil cetakan.
Kaki lima adalah pasar yang unik. Kalau kita tahu tempatnya dan pintar menawar bakal mendapatkan barang yang susah dicari di toko bersih ber-AC.
Lapak kaki lima kadang, eh sering, menyebalkan. Bikin macet. Kita benci sekaligus butuh. Senang kalau diuntungkan. Jengkel setelah kita tak punya kepentingan lagi.
NB:
Kalau plastik pengganjal kaca, yang dijual di banyak toko itu, oleh beberapa tukang disebut sebagai “pil KB”.