KITA TAK SUKA TAPI SUKA — APALAGI KALAU TERPAKSA. LHO?
Iklan di SoloPos ini sungguh berani. Seorang karyawan terang-terangan mengaku menyambi dan siap menerima order. Dari segi praktik, moonlighting memang bukan hal baru. Tantangan bagi karyawan, masalah bagi juragan.
Sudah dikasih kerjaan, digaji pula, eh masih berselingkuh menerima order dari luar. Begitulah kira-kira anggapan employer.
Bagi si penyambi, bisa saja masalahnya adalah kurangnya imbalan dan perhatian dari juragan. Gaji cekak, tak ada pengembangan karier, ide kreatif selalu dimentahkan, kerja keras tak dihargai…
Loyalitas, konon, bersifat resiprokal. Anak buah hanya bisa setia kalau atasan juga setia.
Yang paling seru adalah jika atasan cari order sampingan, anak buah dilibatkan, dan jadilah kantor dalam kantor. Konflik kepentingan? Anggap saja sebuah lagu. Boleh dinyanyikan tanpa penghayatan. :D
Bagi pengorder, urusan dengan penyambi kadang lebih enak dan cepat. Hasil bagus, biaya rendah. Tapi pengorder tertentu akan kesal jika di lingkungannya juga ada moonlighting.
Dalam soal standar ganda, asal kita bisa menikmati, nggak ada masalah kok. Gitu ‘kali yak?
Sama sajalah dengan kita mengharamkan suap dan komisi di lingkungan kita, tapi terhadap pihak lain kita melakukannya. Semata agar urusan lancar. Tentu dengan bumbu pembenar, “Kita kan ngasih, bukan nerima…” :D