↻ Lama baca < 1 menit ↬

TIADA LAGI ASMARA, DAN UPAYA, KARENA KESIBUKAN TELAH MENDERA…

biro jodoh di koran kompas

Lumrah. Rutin. Sering ada pengumuman dari pengasuh rubrik jodoh — termasuk di Kompas Minggu 6 Mei 2007 — bahwa si anu mengundurkan diri. Biasanya yang mundur itu telah mendapatkan jodoh (entah dari forum mana) dan tak mau multitracks maupun multitasking.

Kalau mengundurkan diri karena kesibukan? Lihat saja pengumuman itu. Alangkah jahanamnya yang namanya kesibukan. Oh…

Saya teringat pertanyaan “orang daerah”. Apa cari jodoh di kota besar itu susah?

Saya tak tahu jawabannya. Jangan-jangan di kota kecil lebih susah karena ready stocks terbatas.

Di kota besar? Pernah saya dengar keluhan lebih dari sekali dari sumber berlainan.

Intinya: ketika waktu habis di kantor dan jalan, tapi stok di kantor (atau teman segedung) pun kian menipis, padahal sesampainya di pondokan atau kontrakan sudah lelah (tapi kuat untuk melamun dalam insomnia), stok berlimpah tetap saja tak tergapai.

Lucu, jika kacamata komedis yang kita pakai — sambil mengenyahkan empati.

Memedihkan, jika kita mengalaminya, atau orang-orang terdekat kita mengalaminya.

Memang tak semua orang membutuhkan ikatan melalui perjodohan. Tak semua orang membutuhkan pelembagaan hubungan.

Dari sebagian yang membutuhkan itu, mencemplungkan diri ke dalam rubrik jodoh, termasuk yang online, adalah keapabolehbuatan dengan sejumlah risiko. Dari risiko diketahui saudara dan sejawat sampai bertemu orang yang sudah dikenal yang masih sanak.

Meskipun begitu, upaya untuk mengatasi masalah kesendirian pun bisa mentok hanya oleh kesibukan. Waktu dan kesempatan, bagi orang tertentu, kadang terasa mahal.

Orang sinis dan tak sabaran akan berkomentar, “Kalo nggak mau nyediain waktu, lantas kapan dapetnya?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *