↻ Lama baca 2 menit ↬

SEBUAH LANGKAH AWAL…

Yockie Suryo Prayogo: Musik Saya adalah SayaJadi, inilah namanya: Yockie Suryo Prayogo.

Selama ini saya bingung saat menuliskan namanya secara lengkap. Beda album beda ejaan. Bahkan beda majalah beda versi. Ada Yockie, ada Yocky, ada Jockie, bahkan Joki.

Malah dulu, pada masa God Bless tahun 70-an, ada yang menyebutnya Yongky. Belum lagi ejaan “Suryoprayoga”, “Suryo Prayoga”, atau “Soeryoprayoga”.

Saya lupa bagaimana majalah Bobo lima tahun lalu mengeja namanya saat menulis tentang dia sebagai penata musik operet anak-anak.

Tentang bagaimana Pak Yockie bermusik, Ndoro Bedhes lebih tahu. Dari blognya pula saya tahu bahwa Pak Yockie punya blog. Lebih dari Ndoro, tentu saja Budi Rahardjo yang lebih ngelotok soal progrock. Jangan-jangan dia pernah berguru ke Mochtar Embut bareng Pak Yockie.

Bukan hal baru musisi punya situs dan ngeblog. Di luaran lebih meriah. Dengan begitu interaksi dengan penggemar menjadi lebih terwadahi. Ada tanya-jawab, komentar, berbagi renungan, jadwal tur, dan… ini yang penting: musik siap unduh.

Yang menarik bagi saya adalah ini. Untuk musisi seangkatannya, blog Pak Yockie itu termasuk langka. Maklumlah, di Indonesia ini blog lebih banyak diramaikan oleh kaum belia. Hanya orang tua kurang tahu diri macam saya yang ikutan ngeblog, pakai cara cengengesan pula.

Jreng! Sekarang Pak Yockie ngeblog. Tulisan melenceng di media bisa dia luruskan. Begitu pula tulisan sesat di blog lain. Pembaca yang mau hibahkan pelat Ekseption, Rick van der Linden, atau Ton Scherpenzeel (misalkan ada) bisa mendapatkan saluran.

Pada masanya, Pak Yockie itu selain kibordis andal (dan gitaris juga ding: nyanyi dan nggenjreng Sri Kustinah di TVRI) adalah peramu sound yang hebat. Teknologi rekaman tahun 70-an yang masih sederhana bisa dia siasati. Mungkin karena dia berteman dengan Rick Warsiman, sepupu Rick Wakeman.

Ketika sintesiser dan MIDI belum berkembang, saya terkesan oleh melotron dan vocoder yang dia mainkan. Ketika orkestra belum jadi kelaziman untuk ngerock di negeri ini (Rollies sudah, di TIM, 1976, membawakan [King] Arthur-nya Wakeman), Pak Yockie menggandeng Idris Sardi untuk Musik Saya adalah Saya (1979/80, lagu Angin Malam dengan dua drummer bagus tuh). Sayang, RockOpera di JCC lima tahun lalu tak sesak penonton.

Sekarang Pak Yockie menggandeng — atau digandeng — Budi. Kalau isi terus tumbuh dan diperkaya, hosting di Blogspot kayaknya takkan memadai.

Ayo dong, Pak Dosen… melangkahlah lebih jauh. “Terbanglah lepas,” seperti kata Pak Yockie pada 1980/81.

Meminjam lontaran Tony Banks pada 1978, anggap saja ngeblog ini “a curious feeling“. Kalau mencomot Patrick Moraz ya “time for a change“.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *