BASI TAK BASI TAPI BAGAIMANA LAGI.
Lihatlah foto Kompas hari ini. Tidak istimewa. Semua koran dan majalah berita punya dokumentasi foto serupa. Di Kompas pun foto-foto itu bisa jadi buku terbitan cap Kerbau. Semua stasiun televisi punya footages sejenis, yang bisa dikemas ulang menjadi klip video. Tentang persidangan DPR-RI yang sepi peserta.
Ketika koran memuat fotonya, pembaca hanya bergumam, “Sudah basi. Itu lagi, itu lagi.”
Editor koran sudah sampai ke tingkat muak dan mual, sampai mati akal, sehingga kehabisan kata. Maka jadilah judul datar nan jujur: “Pemandangan Biasa”.
Jika foto tak dimuat, orang-orang parlemen akan menjadi-jadi. Mereka akan merasa semakin banyak mata yang tak peduli.
Tapi jika foto dimuat, itu jadi basi. Pembaca kadung bertebal hati, tak mau peduli. Fotografernya, mungkin, merasa telah mengorbankan piksel untuk foto yang — dalam situasi hari ini — tak bernilai tinggi. Hanya keteguhan hati yang akhirnya menjadi penyemangat koran, dengan risiko dibilang bebal karena memuat foto yang mengulang kekonyolan rutin.
Bagaimana dengan para anggota dewan yang mulia, orang-orang bermartabat yang bekerja sepenuh hati untuk rakyat partai, tanpa menuntut banyak imbalan karena semata ingin mengabdi, demi perbaikan negeri?
Dari pemilu ke pemilu, kita telah belajar. Ya, belajar mempertebal kesanggupan untuk ditipu. Kembang gula yang dijajakan hanyalah berlapis tipis pemanis. Selebihnya, makin ke dalam, adalah rasa pahit. The song remains the same…
© Foto: Kompas/Priyambodo
NB: Blog ini juga semakin basi karena membahas perilaku anggota DPR