↻ Lama baca 2 menit ↬

ADA BERAPA SIH EPISODE DAN VERSI CERITA SI KANCIL?

si kancilDay, putri sulung saya, saat masih balita pernah menangis karena ditertawai para sepupu.

Ketika diminta bercerita, dengan lancar dia membuka, “Ini cerita Kancil mencuri radio. Dengerin ya…”

Lalu meledakkan tawa, disusul pertanyaan. Day tak terima, lalu menyergah, “Lho yang bener emang gitu. Kata Bapak gitu kok!” (Lihat komentar nomor 12 di kebun Bu Pisang)

Saya memang mengarangkan beberapa cerita untuknya. Antara lain ya si Kancil mencuri radio, sebagai alternatif untuk si Kancil mencuri timun.

Liburan lalu, di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, saya ngider ke lapak buku di kaki lima belakang pasar. Saya ingin tahu buku apa saja yang tergelar di sana, dan apa saja yang disukai oleh pembeli. Salah satunya yang saya dapatkan adalah buku tentang si Kancil, berisi 19 cerita tapi yang berkancil cuma 11, sisanya non-kancil.

Kancil mencuri timun ada dalam buku itu. Judulnya “Menipu Anjing”.

Penulisnya menuturkan, “Ternyata tidak banyak yang dimakan Kancil, hanya tiga buah timun ia sudah merasa kenyang. Ia juga tidak merusak timun yang lain.” (hal. 9)

Sebuah pesan tentang batas konsumsi demi keseimbangan dan ketersediaan pangan yang berkelanjutan?

Hanya mengambil tiga buah, dan tak merusak kebun. Itu juga yang dijadikan dalih oleh Kancil. Tapi Pak Tani tak mau tahu.

“Cil, kau boleh makan timunku tapi jangan kau rusak buah yang lain.”

“Ampun Pak Tani bukan aku yang merusak timunmu. Aku cuma memakan dua atau tiga buah saja, kok!” (hal. 10)

Tak dijelaskan dalam cerita, siapa yang telah merusak kebun. Ini seperti berita sumir, atau disumirkan atas pertimbangan tertentu, yang tertutup terhadap investigasi.

Padahal justru rusaknya kebun itulah yang jadi pemicu amarah Pak Tani. Setelah itu harus ada korban supaya cerita menjadi jangkep (lengkap): ada bukti, saksi, dan pelaku.

Huuu, ngelantur! Bacaan anak-anak, untuk hiburan edukatif, ditafsir dari sana-sini. Tak apa, inilah esensi gombalisme: mbelèbèr, out of focus.

pak tani marah, timun dicuri kancil

Dari mana asal fabel si Kancil saya kurang tahu. Tampaknya cerita rakyat ini merata di Tanah Melayu dan Indonesia Bagian Barat. Dia berkembang dalam tradisi lisan, kemudian dibukukan. Dari sekian versi “kanonisasi” itu yang terkenal adalah episode mencuri timun.

Apakah kancil memang binatang cerdik (dan nakal) seperti anjing kecil? Entahlah. Kesan saya, kancil itu pemalu dan tidak jail. Mantri Kewan bisa menjelaskan soal tabiat si kancil berikut pola makannya (doyan madu dan timunkah?).

Yang pasti citra kancil sebagai makhluk mungil-gesit-cerdas telah mengilhami beberapa pebisnis. Nama Kancil untuk bisnis saya ketahui pertama kali perbukuan Malaysia (Kancil Mas). Sedangkan nama Kantjil untuk jasa boga saya lihat pada sebuah mobil boks di Amsterdam — sayang foto jepretan saya hilang.

Seterusnya, seperti Anda tahu, kancil jadi nama produk otomotif di Malaysia dan Indonesia. Lantas Ki Gugel melaporkan sejumlah perusahaan yang memakai nama kancil. Misalnya pabrik mi milik Jap Tjin Tja. Selebihnya carilah di Halaman Kuning.

Sebelas cerita, apakah sudah mewadahi banyak versi si kancil? Ahli kancilologi, dan si Kancil sendiri, pasti lebih tahu. Begitu pula Bu Murti Bunanta, ahli tentang buku cerita anak-anak itu.

Dalam buku ini ada Kancil mengakali buaya dan macan. Begitu pula kisah sabuk Nabi Sulaiman dan gong Nabi Sulaiman. Dalam versi buku ini, Kancil dikalahkan oleh rombongan siput dalam adu lari.

si kancil memang nakalJUDUL: Kumpulan Cerita Bergambar Si Kancil *) • PENULIS: M.B. Rahimsyah • ILUSTRATOR: Syam & Irsyadul Anam • PENERBIT: Al-Hikmah, Surakarta (sampul); Pustaka Mandiri, Surakarta (halaman dalam), tanpa tahun • TEBAL: 112 halaman • HARGA: Rp 6.000*) Itu judul pada sampul. Di halaman judul tertulis “Kumpulan Fabel (Dongeng Binatang) Si Kancil”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *