↻ Lama baca 2 menit ↬

… DAN CALON PENSIUNAN PUN BICARA.

Dia datang naik sepeda, bertandang ke rumah saya. Kebetulan hari ini saya sedang semadi (menurut istilah Andry). Lalu kami pun untuk pertama kalinya kami ngobrol secara panjang-lebar-tinggi (hasil perkalian menjadi volume).

Dia butuh didengar. Butuh bercerita. Butuh diskusi. Saya menjadi tuan rumah yang baik, tapi lama-lama tak tahu bagaimana mengimbangi obrolan tamu yang sudah pensiun menikmati hari tua itu. Terlalu banyak topik.

Ini ada di mana-mana. Banyak pensiunan yang kesepian. Tak ada teman bicara tapi punya banyak waktu. Maka acara seperti News and Talk di Radio Elshinta-nya Indosiar itu tak pernah mati angin sejak tengah malam sampai pagi menjelang relai BBC pukul lima. Sering banget penyiarnya harus memotong pembicaraan yang terlalu lama, agar antrean komentator dapat bagian.

Bulan lalu seorang ayah sakit-sakitan, karena menurut si anak ayahnya sejak dulu tidak merancang kegiatan pascapensiun. Tak ada pekerjaan jadi bingung, padahal teman-teman seangkatan sudah berpulang.

Pensiunan yang di masa aktifnya hanya jadi pekerja biasa, tapi tak punya hobi yang bisa dilakukan mandiri, memang butuh pergaulan. Ada yang menyumbangkan waktu dan kebisaannya untuk masjid, gereja, lembaga sosial, mengurusi RT/RW dan sejenisnya. Menjadi masalah ketika mereka tak punya wadah sosial.

Adapun pensiunan yang di masa aktifnya lebih banyak menekuni profesi tampaknya punya banyak pilihan. Setidaknya punya waktu lebih banyak untuk membaca (sebagian malah menulis), melukis, bermusik, dan jalan-jalan.

Saya tak tahu apakah di Indonesia ada tempat penyaluran potensi pensiunan. Di Amerika dan Kanada ada organisasi nirlaba yang menampung pensiunan eksekutif. Mereka bisa jadi konsultan bisnis dan mengajar. Sebuah sekolah manajemen di Jakarta pernah memanfaatkan mereka.

So? Saya membayangkan orang-orang muda sekarang tak perlu terlalu bingung setelah pensiun. Mereka sudah melek internet, sehingga bisa tetap ikut milis, ngeblog, dan aktif di YouTube (ingat video Pak Tua itu kan?).

Dua petinggi kelompok penerbitan besar di Eropa, dalam kesempatan terpisah, menyatakan kepada saya bahwa sekarang makin banyak pensiunan yang belajar komputer dan internet. Bahkan pekerja kerah biru angkatan tua, misalnya tukang leding dan tukang kayu, pun mulai belajar komputer. Secara bisnis ini jelas peluang: bikinin aja majalah atau buku, dan kopdar berupa miniworkshop.

Rencana saya setelah pensiun? Entah. Maunya sih bikin batu bata dari lumpur Lapindo. Sayang, soal ini belum saya diskusikan dengan tamu saya dari blok seberang tadi. Saya tak tahu namanya tapi kami saling kenal. Sore tadi dia datang lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *