↻ Lama baca < 1 menit ↬

APA HUBUNGANNYA DENGAN PORNOGRAFI?

jasa stensil

Saya geli ketika mendapati salah satu kategori dalam iklan baris Kompas: “cetak – stensil”. Sejauh saya tahu tak ada penawaran jasa cetak stensil. Yang ada hanyalah cetak offsetStencil duplicator, sebagai sebuah teknologi grafika, tampaknya tak begitu popular lagi. Dia digantikan oleh fotokopi, cetak inkjet, cetak laser, mini offset, dan cetak offset. Tapi di beberapa kota kecil mungkin masih ada.

Dalam buku halaman kuning, Panduan Informasi Bisnis: Industri & Niaga Jakarta Mei 2006 – 2007, pada kategori “printing equipments“, tak ada lagi iklan toko atau importir mesin stensil. Begitu juga pada kategori “printing services“.

mesin stensil

Pada zamannya, stensil (bedakan dengan stensil sebagai teknik gambar dengan cat semprot) adalah cara penggandaan yang murah. Lebih murah daripada handpress, letterpress, apalagi offset.

Dulu hampir setiap kantor, dan sekolah, punya mesin stensil. Selalu ada ruang stensil yang berlepotan tinta hitam. Setiap toko alat tulis menyediakan kertas polos untuk master stensil (stencil sheet), baik Gestetner maupun Daito, lengkap dengan cairan koreksi berwarna merah fluorescent.

Awal 80-an, ketika mini-offset masuk ke Indonesia (yang terkenal adalah ToKo Mini Offset), dan biaya fotokopi kian terjangkau, maka stensil pun terpinggirkan. Cetak stensil dengan electronic sheet (yang hasilnya lebih bagus) langsung meredup, tergusur oleh mini offset dengan paper plate.

Dulu, karena cetak stensil masih yang termurah, maka buku murahan untuk kalangan terbatas dicetak dengan teknologi stensil. Untuk apa saja? Lembar soal ulangan umum, buletin kampus, liturgi gereja, sampai… buku saku tipis cerita porno!

Ketika buku seram untuk remaja (harus dibaca dengan ngumpet) sudah dicetak secara offset, maka nama “stensilan” masih dilekatkan.

© Ilustrasi: mesin stensil oleh germes-online.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *