↻ Lama baca 2 menit ↬

BUKU PIKTORIAL YANG MENGHIBUR & REFLEKTIF.

komik

Masa keemasan komik Amerika sudah lewat. Itulah saat komik menjadi bacaan rakyat, segolongan dengan “roman picisan”, dianggap membahayakan generasi muda, tapi bisa menghibur rakyat, dan tampil sebagai pengisi impian untuk mengalahkan kebatilan.

Itulah saat ketika gurita industri media dan hiburan belum meragamkan-sekaligus-menyatukan produk dari komik, TV, film sampai game — dan merchandising. Masa keemasan mulai tahun 1938, berakhir tahun 1950, lima tahun setelah Perang Dunia II.

Nah, sejarawan komik sekaliber Les Daniels mengemas kenangan itu dalam buku bergambar, khusus mengambil produk DC Comics. Teksnya ringkas, setiap halaman (kanan) berisi gambar — banyak yang lucu. Orang normal akan melihat gambarnya dulu, kalau sempat baru menengok teks singkat di halaman kiri.

dc comicsSekali lagi terbukti, sejarah bisa dikemas secara popular — dengan segala kekurangannya. Mereka yang ingin mendalami silakan membaca buku yang lebih serius. Atau bisa juga membedah komik bulukan, lantas mengkajinya, mempertanggungjawabkannya di depan sidang guru besar, agar jadi “doktor komik” seperti Seno Gumira Ajidarma.

Kembali ke buku tebal ini. Judulnya nakal dan menjanjikan: The Golden Age of DC Comics: 365 Days. Pengurutan contoh yang dijadikan ilustrasi seolah kronologis.

Seolah? Memang, isinya dari 1 Januari (1938) sampai 31 Desember (1938 juga). Tapi, sebagai contoh, ilustrasi untuk 16 Juli diambil dari sampul Star Spangeld Stories #129 terbitan Juni 1952.

Haha, sebuah cara mengemas yang kocak. Yang penting ada 365 hari pencatatan, anggap saja setahun, untuk meringkas masa keemasan.

Entah disengaja atau kebetulan, pada entri 11 September teksnya adalah, “Anak-anak selalu ingin jadi petugas pemadam api, menikmati klontengan bel maupun raungan sirene dan mobil merah pemadam…” Ingat, buku ini terbit pada 2004, tiga tahun setelah Tragedi WTC.

Gambarnya? Superman, Batman, dan Robin naik mobil pemadam kebakaran, yang diambil dari sampul World’s Finest Comics # 30 (September-Oktober 1947). Johan sekali.

Sedangkan entri 17 Januari, dua hari setelah Hari Martin Luther Jr., ilustrasinya adalah gambar komik yang diakui jarang pada masanya: citra positif orang Afrika-Amerika. Dari yang sedikit itu dicomotlah adegan Real Fact Comics #5 (November-Desember 1946).

Entahlah, mengapa entrinya tak dipaskan pada 15 Januari. Tapi untuk sampel keberhasilan orang kulit hitam, dipilihlah komik tentang Paul Robeson, aktivis dan seniman. Robeson, dalam komik, berucap, “Aku ingin menolong kaumku melalui pendidikan — suatu hari nanti aku akan mengabdikan diri untuk mengajar.”

Apa boleh bikin, ini memang buku Amrik, tentang sepenggal sejarah Amrik, melalui sejumlah komik secara reflektif. Masa lalu dicomot, dikemas, diberi opini. Penyusunnya mengklaim, inilah buku yang “opinionated, worshipful, and extremely eccentric“.

Jika kita menginginkan langkah serupa untuk Indonesia tampaknya banyak peluang. Kajian terhadap komik Indonesia antara lain pernah dilakukan oleh Marcel Bonneff. Kajian poster pemilu pernah dirintis oleh Kutut Suwondo dan Arief Budiman.

Tak semua potret sosial harus berupa buku. Anda bisa memulai dari blog. Tentang ilustrasi pada bak truk. Tentang spanduk iklan. Tentang slogan kantor pemerintah. Pokoknya buanyaaaaaaakkk! Anda bisa. Pasti bisa. Tak usah berlingkup nasional. Cukup sekitaran saja. Selanjutnya adalah tugas Ki Google untuk membantu para peneliti.

dc comics

JUDUL: The Golden Age of DC Comics: 365 Days • PENYUSUN: Les Daniels (penulis, penyeleksi), Chip Kidd (desainer, penyeleksi) & Geof Spear (reprografer) • PENERBIT: Harry N. Abrams, Inc., New York, November 2004 • TEBAL: tanpa angka halaman, sekitar 5,5 cm :)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *