↻ Lama baca < 1 menit ↬

SERIBU PERAK: ABSURDITAS EKONOMI RAKYAT.

kitiranBukan baling-baling bambu Doraemon. Tidak sakti. Harganya seribu perak. Si penjaja membuatnya sambil menunggui dagangan di trotoar.

Kitiran berbahan karton dan bambu. Saya membeli satu. Anak saya yang memilihnya. Di rumah, kitiran dia pasang di jendela kamar. Angin datang, bilah berputar. Dia girang.

Seratus untuk Anda jika Anda menebak posting ini akan digiring ke ranah melankolis berbau nostalgik, kenapa mainan sederhana nan murah kian jarang di kota besar.

Tapi maaf, bukan hanya ke arah itu. Saya berpikir tentang uang seribu. Itu harga jual kitiran bergagang bambu. Memadaikah? Tukang parkir mobil di dekat Pak Kitiran saja memungut dua ribu. Lima belas kitiran dalam sehari, dalam Ramadan yang terik, berarti cuma Rp 15.000.

kitiran

Kalkulator bisnis orang kantoran bisa segera membuatkan simulasi, dari overhead sampai margin, dipertemukan dengan cara membelanjakan pendapatan bersih. Kesimpulan: masuk akal, tapi dengan sejumlah kompromi dan catatan.

Tapi neraca pencerahan hati akan mengabarkan bahwa besar atau kecil pendapatan semuanya terpulang kepada diri: bagaimana melakoni hidup. Seribu perak hanya sekilas kisah, bukan inti persoalan.

Dalam aroma tipis kayu manis cappuccino kita bisa berbual tentang absurditas ekonomi rakyat. Tapi tanya dan jawaban tak beranjak dari masa wedang jahe dan jadah bakar di warung gelap Pakualaman, Yogya.

Kekayaan dan kemiskinan hanya dipahami oleh masing-masing pelaku. Orang kaya tahu bagaimana mengelola uang dan melipatgandakannya. Orang kere tahu bagaimana menjalani hidup seadanya karena hanya itu yang mereka bisa.

Kata “oh, ya?” dari pemilik telunjuk penghidup MacBook adalah penyimpul manis untuk soal tak berkesudahan. Tentang seribu perak per kitiran, yang dihasilkan dengan kerja keras. Kesusahan ekonomis kadang menjadi topik eksotis kelas menengah — dan berhenti sebagai topik, termasuk di blog.

penjual kitiran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *