Taman Prasasti bukan Taman Hati

▒ Lama baca < 1 menit

NASIB BEKAS MAKAM MODERN TERTUA DI DUNIA.

nisan soe hok gie

kuis: tengkorak siapa?Kurang terurus. Boleh juga pakai istilah “tidak terurus”. Itu kesan saya ketika Ahad kemarin menyinggahi Taman Prasasti. Pelataran rumputnya mengering dan di sana-sini gundul. Sampah pengunjung bisa ditinggalkan di mana saja. Grafiti boleh tertuliskan.

Saya tak tahu apakah penguranglengkapan masih berlangsung, sehingga sayap patung masih akan ada yang melayang, kelereng mata patung masih akan tercomot, dan seterusnya.

nisan aktris miss riboet

Anda tahu Museum Taman Prasasti, kan? Itu lho yang di Kebon Jahe Kober, Tanah Abang,dekat kantor Wali Kota Jakarta Pusat. Dulunya makam Belanda, merupakan “makam modern” tertua di Jakarta (1795).

nisan soe hok gie di taman prasastiPada 1977 lahan itu dijadikan taman berisi prasasti, sebagian besar merupakan nisan, tanpa kubur di dalamnya. “Ini punya Hok Gie!” kata Raras, anak saya, kegirangan ketika menemukan nisan sang legenda.

Saya sendiri tak hapal nisan siapa ada di mana. Seorang petugas taman malah kebingungan waktu saya tanya di mana nisan Pieter Eberveld. Siapa itu? Bukan pemusik progrock, melainkan tokoh yang dihukum seperti gambar Levi’s: tubuhnya ditarik kuda dari dua arah sampai terbelah.

Penghukuman terhadap Eberveld itu membuahkan jejak toponimis bernama Pecah Kulit. Sekarang jarang disebut, itulah nama jalan yang akhirnya kita kenal sebagai Jalan Pangeran Jayakarta.

acara ultah ayofoto.com

Andaikan taman itu teduh menghijau, alangkah nyamannya. Orang boleh datang untuk menyepi dari gaduh metropolis, dan melamunkan apa saja — bukan cuma menunggui sesi foto dan syuting klip video.

kain batik low rise, ehm!

Termasuk dalam lamunan itu adalah nisan besar yang polos, hanya berisi lambang, karena pemesannya tak kunjung menitipkan nama dan epitaf. Apakah orang yang dipesankan mati di tempat lain? Atau tukang nisannya yang mati duluan? Lantas siapa yang kemudian memakai nisan polos itu?

nisan stutterheimBisa juga kita melamun, mengapa nisan Dr. Willem Frederik Stutterheim, ahli relief kuno itu, menggunakan ragam hias yang sama sekali tidak Eropa, melainkan Hindu-Jawa. Itu wasiat, ataukah bentuk penghormatan dari orang-orang tercinta?

Saya tak tahu kenapa anak-anak SD di Jakarta jarang diajak ke sini, dan museum lain, oleh gurunya. Setahu saya mereka mendapatkan pelajaran sejarah dan muatan lokal bernama PLKJ (Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta).

dekorasi kereta jenazah di taman prasasti

Menurut Nirwono Joga, kober Kebon Jahe itu lebih tua daripada Fort Canning Park (Singapura, 1926), Gore Hill Cemetery (Sydney, 1868), La Chaise Cemetery (Paris, 1803), Mount Auburn Cemetery (Cambridge, Massachusetts, 1831, yang diklaim sebagai taman makam modern pertama di dunia), dan Arlington National Cemetery (Washington D.C., 1864).

sampah!

mata tanpa bola

Tinggalkan Balasan