Salam Merdeka! (untuk Bangsa Bernyali)

▒ Lama baca < 1 menit

BERBAHAGIALAH PENGURUS NEGERI YANG RAKYATNYA TABAH.

meniti bahaya di jalan tol cawang jakarta

HATI-HATI BUNG! Jangan sampai terjatuh. Nyawamu jadi taruhan.

Semua anak TK diajari meniti. Untuk melatih keseimbangan dan keberanian. Tapi Bu Guru pastilah tak membayangkan anak-anak itu kelak akan mempertaruhkan nyawa: meniti bahaya justru bukan dalam situasi darurat.

Nyatanya itulah yang setiap hari terlihat di percabangan jalan tol Jakarta. Tepatnya di Cawang. Yang saya lihat pada Sabtu pagi pekan lalu hanyalah contoh pada hari sepi.

Pagi yang lengang, beberapa mobil lancar melaju 120 km/jam, tak percuma insinyur otomotif mengembangkan produk. Lebih penting lagi: patroli toh menoleransi pelanggaran ini.

Buat saya, mobil yang melaju di bawah batas minimum 60 km/jam, di jalur tengah dan kanan pula, kadang malah lebih mengganggu. Tapi mau lambat atau cepat, kalau menyusuri bahu jalan, serta mengangkangi marka pemisah jalur, menurut Auto Bild Indonesia, adalah “perilaku idiot” — dan saya sepakat.

Dalam lalu lintas seperti itulah bus bisa berhenti di percabangan arah, menurunkan penumpang.

menyabung nyawa

menyabung jawa di jalan tol

menyabung jawa di jalan tol

RISKAN. Memang bukan penyeberangan, tapi apa boleh buat.

Darurat atau tak darurat? Tergantung menurut siapa. Bagi yang tak mau tahu, apa salahnya mengikuti perjalanan bus sampai Terminal Kampungrambutan, Jakarta Timur, kira-kira 10 km dari tempat itu.

Bagi yang menjalani, ini soal meringkas jarak. Kadang bisa juga karena maunya sopir bus yang ogah keluar dari jalan tol, sehingga ibu hamil pun diturunkan di tengah perjalanan, pas di percabangan jalur.

Bagi penumpang kadang ini soal niat, kadang soal keterpaksaan. Hanya kejahatan terhadap publik yang membuahkan cemooh, “Kesian deh lu!”

Bagi orang yang berjarak dari masalah, begitu pula sopir bus? Andaikata penumpang tumpahan bus tertabrak mobil yang melaju di atas batas maksimum 80 km/jam maka itu risiko sendiri.

Jika kaki penumpang terlalu pendek untuk melompati pembatas jalan tol dan paritnya, silakan berlatih atletik atau sirkus.

Kalau penumpang terlalu gendut untuk menerobos celah pagar BRC seukuran dua kali dua ompongan jeruji, silakan tanggung sendiri.

menerobos pagar jalan tol

menerobos pagar jalan tol

BOLEH PILIH. Mau pantat dulu atau kepala dulu itu soal kebisaan. Tas boleh duluan, bisa belakangan.

Bila keseimbangan tubuh kurang bagus, sehingga penumpang terpeleset dari jalur beton, dan segera dilalap mobil yang melintasi kolong bebas hambatan, silakan mempertebal doa.

Bagaimana mengelola jaringan transportasi, sebagai bagian dari penataan wilayah, adalah cerminan cara berpikir dan komitmen pelayanan para pengurus republik. Salah satu faset masalah ada di sini.

Dirgahayahhhh Endonesah! Merdeka buat siapa saja sih?

Tinggalkan Balasan