GABUNGAN PILIHAN DAN KETELANJURAN: AKHIRNYA HARUS NONGOL.
Betul ini saya. Asli. Dengan nama asli dan foto asli. Versi lain foto asli pernah muncul di kontrakan lama, sebelum digantikan oleh foto Pak Tua yang mengharukan itu. Ah, sudahlah. Toh sebagian dari Anda sudah mengenal saya. Baik karena saya memperkenalkan diri maupun akibat lacakan Anda yang berbakat detektif tapi suka buang waktu.
Saya, Tyo, mudah Anda kenali. Usia saya di atas 40, termasuk blogger tua, karena umumnya blogger berusia likuran dan tigapuluhan. Kacamata saya minus sekaligus plus. Rambut saya mulai beruban. Anda tergerak menawarkan cat hitam untuk rambut?
Dengan segala maaf, bukan cat rambut yang saya butuhkan, melainkan cat kulit kepala. Rambut saya kian menipis dan jadilah saya si Botak dari Goa Hantu.
Wah, minder dong. Nggak, toh botak bukan aib. Bangga ya? Nggak juga, karena botak bukan prestasi. Hmmm… pasrah dan nyaris putus asa, barangkali? Boleh juga disebut begitu. Ini suratan turbo (keturunan botak).
Jadi, kenapa saya pindah ke sini? Pertama: toh sudah, dan makin banyak, yang tahu siapa saya. Kedua: ruang dan bandwidth di Blogdrive kian penuh. Ketiga: sebentar, sedang saya karang.
Oh ya, ini dia. Supaya sedikit agak bertanggung jawab. Menjadi si alias, meski semu, merangsang saya untuk semaunya, senggol kanan dan kiri, lantas ngumpet.
Pindah ke sini, sebagai saya, juga serasa lebih santun karena bisa mengimbangi sambangan Anda yang pakai identitas asli. Maksud saya, akan lebih enak kalau Anda sudah tampil asli apa adanya, demikian pula saya.
Alasan lain? Semuanya kayaknya bakal aman. Saya ngumpet nggak memancing arwah penasaran. Saya muncul nggak akan menimbulkan kehebohan apalagi mengguncang kehidupan.
Lho, kalau ngumpet tak menimbulkan masalah, kenapa memilih nongol? Aha, jujur saja sempat terpikir begitu, dan gamang.
Tapi separuh otak dan seperempat hati saya bilang, kalau nongol juga tak bawa masalah, kenapa mesti sembunyi? Saya memilih yang kedua, dan menemukan alasan yang saya karang tadi.
Tentu, di sini saya tetap ngeblog seperti di tempat lama: sebisanya, seadanya, sesempatnya. Takkan ada yang lucu karena saya memang tidak bisa dan tidak menyukai humor. Percayalah.
Salam,
Paman